MAKALAH
ASUHAN KEBIDANAN IV ( PATOLOGI)
PADA IBU HAMIL DENGAN EKLAMPSI
KELOMPOK 8:
1.
LARA ANGGRAINI (11211125)
2.
RINA MARIANA (11211146)
DOSEN
PEMBIMBING
DEVI
SYARIEF, S.SiT,M.Keb
STIKeS MERCUBAKTIJAYA
PADANG
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Eklampsi merupakan penyebab dengan peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas
maternal dan perinatal.kejadian eklampsia di Negara berkembang berkisar 1 dari
100 hingga 1 dari 700 kelahiran. Di Indonesia pre eklampsia dan eklampsia
berkisar 1,5 % sampai 25 %. Koknifikan yang mengancam jiwa ibu akibat eklamsi adalah edema
pulmonalis,gagal hati dan ginjal,DIC,sindrom HELLP,dan perdahan otak
Eklampsia disebut dengan antepartum, intrapartum, atau pascapartum.
Bergantung pada apakah kejang muncul sebelum, selama atau sesudah persalinan.
Eklampsia paling sering terjadi pada trimester terakhir dan menjadi semakin
sering menjelang aterm
Masalah utama dalam mencegah dan mengobati eklampsia adalah penyebab
kondisi yang tidak diketahui. Terdapat hubungan yang kuat antara hipertensi dan
penyakit serebral yang mengidentifikasi persamaan klinis antara eklampsia dan
ensefalopati hipertensif ( Vaughan & Delanty 2000 ). Namun demikian hasil
signifikan yang diperoleh menunjukkan bahwa hipertensi tidak selalu menjadi
perkursor awitan eklampsia tetapi hampir selalu terjadi setelah kejang.
B.
Tujuan
a.
Mampu melakukan asuhan kebidanan pada pasien
dengan eklampsia.
b.
Mampu melaksanakan pengkajian dan
mengumpulkan data pasien dengan eklampsia.
c.
Mampu menginterpretasikan secara benar
masalah atau diagnosa berdasarkan data-data pasien dengan eklampsia tersebut.
d.
Mampu mengidentifikasi diagnosa potensial
yang mungkin terjadi pada pasien dengan eklampsia.
e.
Mampu mengidentifikasi perlunya tindakan
segera secara mandiri, kolaborasi dan rujukan pada pasien dengan eklampsia.
f.
Mampu merancanakan asuhan rasional sesuai
dengan kebutuhan pasien dengan eklampsia.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
Pengertian
Eklampsia berasal dari kata bahasa Yunani yang berarti “halilintar“
karena gejala eklampsia datang dengan mendadak dan menyebabkan suasana gawat
dalam kebidanan. Eklampsia juga disebut sebuah komplikasi akut yang mengancam
nyawa dari kehamilan, ditandai dengan munculnya kejang tonik - klonik ,
biasanya pada pasien yang telah menderita preeklampsia.(Preeklamsia dan
eklampsia secara kolektif disebut gangguan hipertensi kehamilan
dantoksemiakehamilan.)Prawiroharjo 2005.
Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan atau
masa nifas yang di tandai dengan kejang ( bukan timbul akibat kelainan saraf )
dan atau koma dimana sebelumnya sudah menimbulkan gejala preeklampsia. (Ong
Tjandra & John 2008).
Eklampsia termasuk kejang dan koma yang terjadi selama kehamilan.
Menjelang kejang – kejang dapat didahului dengan gejalanya :
1. Nyeri kepala di daerah frontal
2. Nyeri epigastrium
3. Penglihatan semakin kabur
4. Adanya mual muntah
5. Pemeriksaan menunjukkan hiperrefleksia atau mudah terangsang.
Kemudian dengan teori iskemia implantasi plasenta juga dapat
terjadi berbagai gejalanya eklampsia yaitu :
1. Kenaikan tekanan darah
2. Pengeluaran protein dalam urine
3. Edema kaki, tangan sampai muka
4. Terjadinya gejala subjektif :
1.
Sakit kepala
2.
Penglihatan kabur
3.
Nyeri pada epigastrium
4.
Sesak nafas
5.
Berkurangnya pengeluaran urine
5. Menurunnya kesadaran wanita hamil sampai koma
6. Terjadinya kejang
Pada pemeriksaan darah kehamilan normal terdapat
peningkatan angiontensin, renin dan aldosteron sebagai kompensasi sehingga
peredaran darah dan metabolisme dapat berlangsung. Pada eklampsia maka terjadi
penurunan angiotensin, renin dan aldosteron tetapi dapat dijumpai edema, hipertensi
dan proteinuria.
Berdasarkan
waktu terjadinya eklampsia dapat di bagi :
1.
Eklampsia gravidarum
·
Kejadian 50% sampai 60 %
·
Serangan terjadi dalam keadaan hamil
2.
Eklampsia parturientum
·
Kejadian sekitar 30 % sampai 50 %
·
Saat sedang inpartu
·
Batas dengan eklampsia gravidarum sukar di
tentukan terutama saat mulai inpartu
3.
Eklampsia puerperium
·
Kejadian jarang 10 %
·
Terjadi serangan kejang atau koma seletah
persalinan berakhir
Kejang – kejang pada eklampsia terdiri dari 4
tingkat :
1)
Tingkat awal atau aura
·
Berlangsung 30 – 35 detik
·
Tangan dan kelopak mata gemetan
·
Mata terbuka dengan pandangan kosong
·
Kepala
di putar ke kanan atau ke kiri
2)
Tingkat kejang tonik
·
Berlangsung sekitar 30 detik
·
Seluruh tubuh kaku : wajah kaku, pernafasan
berhenti, dapat diikuti sianosis, tangan menggenggam, kaki di putar kedalam,
lidah dapat tergigit.
3)
Tingkat kejang klonik
a)
Berlangsung 1 sampai 2 menit
b)
Kejang tonik berubah menjadi kejang klonik
c)
Konsentrasi otot berlangsung cepat
d)
Mulut terbuka tertutup dan lidah dapat
tergigit sampai putus
e)
Mata melotot
f)
Mulut
berbuih
g)
Muka
terjadi kongesti dan tampak sianosis
h)
Penderita dapat jatuh, menimbulkan trauma
tambahan
4)
Tingkat koma
a)
Setelah kejang klonik berhenti penderita
menarik nafas
b)
Diikuti,yang lamanya bervariasi
Selama terjadi kejang –
kejang dapat terjadi suhu naik mencapai 40 ˚c, nadi bertambah cepat, dan
tekanan darah meningkat.
Kejang dapat menimbulkan komplikasi pada ibu dan
janin.
1.
Komplikasi ibu:
a)
Dapat menimbulkan sianosis
b)
Aspirasi air ludah menambah gangguan fungsi
paru
c)
Tekanan darah meningkat menimbulkan
perdarahan otak dan kegagalan jantung mendadak
d)
Lidah dapat tergigit
e)
Jatuh dari tempat tidur menyebabkan fraktura
dan luka – luka
f)
Gangguan fungsi ginjal
g)
Perdarahan
h)
Gangguan fungsi hati dan menimbulkan ikhterus
2.
Komplikasi janin dalam rahim:
a)
Asfiksia mendadak
b)
Solusio plasenta
c)
Persalinan prematuritas
Berbagai faktor yang mempengaruhi eklampsia :
a)
Jumlah primigravida terutama primigravida
muda
b)
Distensi rahim berlebihan yaitu
hidramnoin, hamil ganda dan mola hidatosa
c)
Adanya penyakit yang menyertai kehamilan
yaitu diabetes mellitus, kegemukan
d)
Jumlah umur ibu di atas 35 tahun
B.
Etiologi eklampsia
Dengan penyebab kematian ibu adalah perdarahan
otak, payah jantung atau payah ginjal, dan aspirasi cairan lambung atau edema
paru – paru. Sedangkan penyebab kematian bayi adalah asfiksia intrauterine dan
persalinan prematuritas.
Mekanisme kematian janin
dalam rahim pada penderita eklampsia:
a. Akibat kekurangan O2 menyebabkan perubahan metabolisme ke arah lemak dan
protein dapat menimbulkan badan keton
b. Meransang dan mengubah keseimbangan nervus simfatis dan nervus vagus
yang menyebabkan:
1.
Perubahan denyut jantung janin menjadi
takikardi dan dilanjutkan menjadi bradikardi serta irama yang tidak teratur
2.
Peristaltis usus bertambah dan sfingter ani
terbuka sehingga di keluarkannya mekonium yang akan masuk ke dalam paru – paru
pada saat pertama kalinya neonatus aspirasi.
Sehingga bila kekurangan O2
dapat terus berlangsung keadaan akan bertambah gawat sampai terjadinya kematian
dalam rahim maupun di luar rahim
Oleh sebab itu perlu
memperhatikan komplikasi dan tingginya angka kematian ibu dan bayi. Maka
usaha utama adalah mencegah pre eklampsia menjadi eklampsia perlu diketahui
bidan dan selanjutnya melakukan rujukan ke rumah sakit.
C.
Patofisiologi eklampsia
Kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan cairan yang
berlebihan dalam ruang interstitial. Bahwa pada eklampsia dijumpai kadar
aldosteron yang rendah dan konsentrasi prolaktin yang tinggi dari pada
kehamilan normal. Aldosteron penting untuk mempertahankan volume plasma dan
mengatur retensi air dan natrium. Serta pada eklampsia permeabilitas pembuluh
darah terhadap protein meningkat.
Pada plasenta dan uterus terjadi penurunan aliran darah ke plasenta
mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi pertumbuhan janin
terganggu sehingga terjadi gawat-janin sampai menyebabkan kematian karena
kekurangan oksigenisasi. Kenaikan tonus uterus dan kepekaan terhadap
perangsangan sering terjadi pada eklampsia, sehingga mudah terjadi partus
prematurus.
Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah ke dalam ginjal
menurun, sehingga menyebabkan filtrasi glomerulus berkurang. Kelainan pada
ginjal yang penting ialah dalam hubungan dengan proteinuria dan mungkin dengan
retensi garam dan air. Mekanisme retensi garam dan air akibat perubahan dalam
perbandingan antara tingkat filtrasi glomelurus dan tingkat penyerapan kembali
oleh tubulus. Pada kehamilan normal penyerapan ini meningkat sesuai dengan
kenaikan filtrasi glomerulus. Penurunan filtrasi glomelurus akibat spasmus
arteriolus ginjal menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, yang
menyebabkan retensi garam dan retensi air. Filtrasi glomerulus dapat turun
sampai 50% dari normal, sehingga menyebabkan diuresis turun pada keadaan lanjut
dapat terjadi oliguria atau anuria.
Pada retina tampak edema retina, spasmus setempat atau menyeluruh pada
beberapa arteri jarang terlihat perdarahan atau eksudat. Pelepasan retina
disebabkan oleh edema intraokuler dan merupakan indikasi untuk pengakhiran
kehamilan . Setelah persalinan berakhir, retina melekat lagi dalam 2 hari
sampai 2 bulan. Skotoma, diplopia, dan ambiliopia merupakan gejala yang
menunjukkan akan terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan
aliran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam retina.
Edema paru-paru merupakan sebab utama kematian penderita eklampsia.
Komplikasi disebabkan oleh dekompensasio kordis kiri. Perubahan pada otak bahwa
resistensi pembuluh darah dalam otak pada hipertensi dalam kehamilan lebih
tinggi pada eklampsia. Sehingga aliran darah ke otak dan pemakaian
oksigen pada eklampsia akan menurun.
Metabaolisme dan elektrolit yaitu hemokonsentrasi yang menyertai
eklampsia sebabnya terjadi pergeseran cairan dan ruang intravaskuler ke ruang
interstisial. Kejadian ini, diikuti oleh kenaikan hematokrit, peningkatan
protein serum, dan bertambahnya edema, menyebabkan volume darah berkurang,
viskositet darah meningkat, waktu peredaran darah tepi lebih lama. Karena itu,
aliran darah ke jaringan diberbagai bagian tubuh berkurang akibatnya
hipoksia. Dengan perbaikan keadaan, hemokonsentrasi berkurang, sehingga
turunnya hematokrit dapat dipakai sebagai ukuran perbaikan keadaan penyakit dan
berhasilnya pengobatan.
Pada eklampsia, kejang dapat menyebabkan kadar gula darah naik untuk
sementara. Asidum laktikum dan asam organik lain naik, dan bikarbonas natrikus,
sehingga menyebabkan cadangan alkali turun. Setelah kejang, zat organik
dioksidasi sehingga natrium dilepaskan untuk dapat bereaksi dengan asam
karbonik menjadi bikarbaonas natrikus. Dengan demikian, cadangan alkali dapat
pulih kembali. Pada kehamilan cukup bulan kadar fibrinogen meningkat. Waktu
pembekuan lebih pendek dan kadang-kadang ditemukan kurang dari 1 menit pada
eklampsia.
D.
Diagnosis eklampsia
Eklampsia selalu didahului oleh pre eklampsia.
Perawatan prenatal untuk kehamilan dengan predisposisi pre eklampsia perlu
ketat dilakukan agar dapat dideteksi sedini mungkin gejala – gejala eklampsia.
Sering di jumpai perempuan hamil yang tampak sehat mendadak menjadi kejang –
kejang eklampsia karena tidak terdeteksi adanya pre eklampsia sebelumnya.
Eklampsia harus dibedakan dari epilepsy ; dalam
anamnesis diketahui adanya serangan sebelum hamil atau pada hamil muda dengan
tanda pre eklampsia tidak ada, kejang akibat obat anastesi, koma karena sebab
lain.
E.
Komplikasi
eklampsia
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan
janin, usaha utama ialah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita pre
eklampsia dan eklampsia. Komplikasi yang tersebut di bawah ini biasanya terjadi
pada pre eklampsia berat dan eklampsia :
1.
Solusio plasenta
Karena adanya takanan darah tinggi, maka
pembuluh darah dapat mudah pecah, sehingga terjadi hematom retropalsenta yang
dapat menyebabkan sebagian plasenta dapat terlepas.
2.
Hipofibrinogenemia
Adanya kekurangan fibrinogen yang beredar
dalam darah , biasanya di bawah 100 mg persen. Sehingga pemeriksaan kadar fibrinogen
harus secara berkala.
3.
Hemolisis
Kerusakan atau penghancuran sel darah merah karena
gangguan integritas membran sel darah merah yang menyebabkan pelepasan
hemoglobin. Menunjukkan gejala klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus.
4.
Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama
kematian maternal pada penderita eklampsia.
5.
Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang
berlangsung sampai seminggu. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina yang
merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.
6.
Edema paru – paru
7.
Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada eklampsia
merupakan akibat vasopasmus arteriol umum. Kerusakan sel-sel hati dapat
diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.
8.
Sindroma HELLP
Merupakan
suatu kerusakan multisistem dengan tanda-tanda : hemolisis, peningkatan enzim
hati, dan trombositopenia yang diakibatkan disfungsi endotel sistemik. Sindroma
HELLP dapat timbul pada pertengahan kehamilan trimester dua sampai beberapa
hari setelah melahirkan.
9.
Kelainan ginjal
Kelainan ini berupa
endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel endotelial tubulus
ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah
anuria sampai gagal ginjal.
10.
Komplikasi lain yaitu lidah tergigit, trauma
dan fraktur karena jatuh akibat kejang - kejang pneumonia aspirasi, dan
DIC.
11.
Prematuritas, dismaturitas, dan kematian
janin intra uterin.
F.
Prognosa eklampsia
Eklampsia di Indonesia masih merupakan penyakit
pada kehamilan yang meminta korban besar dari ibu dan bayi ( Hanifa dalam
Prawiroharjo, 2005 ).
Diurese dapat dipegang untuk prognosa ; jika
diurese lebih dari 800 cc dalam 24 jam atau 200 cc tiap 6 jam makan prognosa
agak baik. Sebaliknya oliguri dan anuri merupakan gejala yang buruk.
Gejala – gejala lain memperberat prognosa
dikemukakan oleh Eden ialah ; koma yang lama, nadi di atas 120 x / menit, suhu
di atas 39 ˚c, tekanan darah di atas 200 mmHg, proteinuria 10 gram sehari atau
lebih, tidak adanya edema, edema paru – paru dan apoplexy merupakan keadaan
yang biasanya mendahului kematian.
G.
Pencegahan
eklampsia
Pada umumnya timbulnya eklampsia dapat dicegah atau
frekuensinyadi kurangi. Usaha – usaha untuk menurunkan eklampsia terdiri atas
meningkatkan jumlah balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar semua
wanita haiml memeriksa diri sejak hamil muda, mencari pada tiap pemeriksaan
tanda – tanda pre eklampsia dan mengobatinya segera apabila ditemukan,
mengakhiri kehamilan sedapatnya pada kehamilan 37 minggu ke atas apabila
dirawat tanda – tanda pre eklampsia tidak juga dapat hilang. ( Hanifa dalam
Prawiroharjo, 2005 )
H.
Penanganan
eklampsia
Tujuan utama penanganan eklampsia adalah
menghentikan berulangnya serangan kejang dan mengakhiri kehamilan secepatnya
dengan cara yang aman setelah keadaan ibu mengizinkan. Penanganan yang
dilakukan :
·
Beri obat anti konvulsan
·
Perlengkapan untuk penanganan kejang
·
Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
·
aspirasi mulut dan tenggorokan
·
baringkan pasien pada sisi kiri
·
posisikan secara trandelenburg untuk
mengurangi resiko aspirasi
berikan
oksigen 4 – 6 liter / menit.
I.
Pengobatan eklampsia
Eklampsia merupakan gawat darurat kebidanan yang memerlukan pengobatan
di rumah sakit untuk memberikan pertolongan yang adekuat.
Konsep pengobatannya :
a. Menghindari terjadinya :
1.
Kejang berulang
2.
Mengurangi koma
3.
Meningkatkan jumlah dieresis
b. Perjalanan kerumah sakit dapat diberikan :
1.
Obat penenang dengan injeksikan 20 mgr valium
2.
Pasang infuse glukosa 5 % dan dapat di tambah
dengan valium 10 sampai 20 mgr
c. Sertai petugas untuk memberikan pertolongan:
1.
Hindari gigitan lidah dengan memasang spatel
pada lidah
2.
Lakukan resusitasi untuk melapangkan nafas
dan berikan O2
3.
Hindari terjadinya trauma tambahan
Perawatan kolaborasi yang dilaksanakan dirumah sakit sebagai berikut :
1.
Kamar isolasi
a)
Hindari rangsangan dari luar sinar dan
keributan
b)
Kurangi penerimaan kunjungan untuk pasien
c)
Perawat pasien dengan jumlahnya terbatas
2.
Pengobatan medis
Banyak pengobatan untuk menghindari kejang yang berkelanjutan dan meningkatkan
vitalitas janin dalam kandungan. Dengan pemberian :
a)
Sistem stroganoff
b)
Sodium pentothal dapat menghilangkan kejang
c)
Magnesium sulfat dengan efek menurunkan
tekanan darah , mengurangi sensitivitas saraf pada sinapsis, meningkatkan
deuresis dan mematahkan sirkulasi iskemia plasenta sehingga menurunkan gejala
klinis eklampsia.
d)
Diazepam atau valium
e)
Litik koktil
3.
Pemilihan metode persalinan
Pilihan pervaginam diutamakan :
a)
Dapat didahului dengan induksi persalinan
b)
Bahaya persalinan ringan
c)
Bila memenuhi syarat dapat dilakukan dengan
memecahkan ketuban, mempercepat pembukaan, dan tindakan curam untuk mempercepat
kala pengeluaran.
d)
Persalinan plasenta dapat dipercepat dengan
manual
e)
Menghindari perdarahan dengan diberikan
uterotonika
BAB III
KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN
Proses manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah agar pelayanan
yang komprehensif dapat tercapai. Proses manajemen terdiri dari tujuh langkah
disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dari pengumpulan data dasar yang
berakhir dengan evaluasi. Kutujuh langkah tersebut membentuk kerangka lengkap
yang dapat diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap
langkah-langkah dapat dipecah menjadi langkah-langkah tertentu dan bisa berubah
sesuai dengan bagaimana keadaan pasien.
A.
Langkah I (Pengkajian)
1.
Untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya
terhadap kesehatan pasien yang dipengaruhi oleh kebiasaan dan kebudayaan.
Dengan diketahuinya agama pasien/klien, akan memudahkan bidan melakukan
pendekatan di dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
2.
Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat intelektualnya.
Tingkat pendidikan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang.
Status Perkawinan
Untuk mengetahui kemungkinan pengaruh status
perkawinan terhadap masalah kesehatan. Bila diperlukan ditanyakan tentang
perkawinan keberapa kalinya.
Suku/Ras
Untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya
terhadap kebiasaan kesehatan pasien/klien. Dengan diketahuinya suku/ras
pasien/klien, akan memudahkan bidan melakukan pendekatan di dalam melaksanakan
asuhan kebidanan.
Karakteristik yaitu pada
pengaruh umur ibu terhadap permasalahan kesehatan pasien/klien. Dalam kurun
waktu reproduksi sehat, bahwa usia produksi baik untuk kehamilan dan persalinan
adalah 20-35 tahun. Karena merupakan faktor predisposisi terjadinya eklamsia.
c)
Suami
1)
Nama
2)
Umur
3)
Alamat
4)
Pekerjaan
5)
Agama
6)
Pendidikan
7)
Suku/Ras
c. Keluhan utama
Merupakan alasan utama pasien untuk datang ke tempat pelayanan kesehatan
dan apa saja yang dirasakan pasien. Yang umumnya pasien datang dengan
keluhan nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan, mual, nyeri di
epigastrium dan hiperrefleksia.
d. Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan, umur saat kawin, berapa lama kawin
baru hamil dan mengetahui keadaan psikologis pasien.
e. Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui kapan terjadinya menarche, siklus haid, banyaknya haid,
lamanya haid, apakah ada nyeri pada saat haid.
f. Riwayat obstetric yang lalu
Riwayat kehamilan , persalinan, dan nifas yang lalu apakah ibu juga
mengalami tanda – tanda eklampsia.
g. Riwayat kehamilan sekarang
Untuk mengetahui tuanya kehamilan dan tafsiran persalinan ibu dan
keluhan yang dirasakan ibu selama kehamilannya.
h. Riwayat kesehatan sekarang dan lalu
Untuk mengetahui faktor-faktor penyakit yang telah diderita ibu yang
berkaitan dengan arah Predisposisi eklamsia yaitu hipertensi.
i.
Riwayat kesehatan keluarga
Mengetahui mengenai penyakit keturunan
seperti hipertensi dan DM, jantung, asma, dll. Dan yang
paling mencakup pada eklampsia dengan hipertensi.
j.
Riwayat psikososial
Untuk mengetahui keadaan psikososial pasien atau klien perlu ditanyakan
antara lain : Jumlah anggota keluarga, dukungan materil dan moril yang didapat
dari keluarga, kebiasaan-kebiasaan yang menguntungkan kesehatan,kebiasaan yang
merugikan kesehatan.
2. DATA OBJEKTIF
Dikumpulkan melalui pemeriksaan umum dan pemeriksaan
khusus.
a. Pemeriksaan umum :
1.
Tekanan darah
Dimana kenaikan tekanan darah pada ibu
penderita eklampsia meningkat lebih dari 140 / 90 mmHg.
2.
Berat badan
Pada pemeriksaan awal maupun ulang untuk
mengevaluasi kenaikan BB yaitu bila kenaikan berat badan ½ kg per minggu
dinyatakan normal, sedang berat badan dalam 1 minggu naik 1 kg sampai beberapa
kali, ini perlu diwaspadai.
b. Pemeriksaan khusus
Inspeksi
pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat/memandang dari kepala
sampai ujung kaki.
Yang dinilai bentuk tubuh yang normal, kebersihan kulit, rambut, muka,
conjunctiva, sklera, hidung dan telinga, mulut,leher, payudara, keadaan putting
susu menonjol atau tidak, colostrums ada atau tidak, perut membesar sesuai
dengan tua kehamilan, apakah ada bekas luka operasi, vulva apakah bersih, ada
varises atau tidak, oedema dan pengeluaran dari vagina.Anus apakah ada
hemorhoid extremitas atas dan bawah apakah ada kelainan.
Muka, ekstremitas atas dan bawah :
Akan terjadi edema karena penimbunan cairan umum dan berlebihan dalam
jaringan tubuh yang dijumpai pada muka, kaki maupun jari tangan yang tidak
hilang setelah istirahat.
Palpasi
pemeriksaan yangdilihat dengan cara meraba.
Dengan cara menggunakan cara Leopold, kemungkinan yang ditemukan ialah :
Lelopold I : untuk
mengetahui TFU, usia kehamilan dan mengetahui bagian janin
yang berada di fundus.
Leopold II : untuk mengetahui punggung dan ekstremitas
janin.
Leopold III : menentukan apa yang
terdapat di bagian bawah perut ibu apakah sudah masuk PAP / belum.
Leopold IV : menentukan bagian bawah janin dan berapa
bagian terbawah janin yang masuk ke dalam rongga panggul
Auskultasi
Untuk dapat mendengar bunyi jantung janin, frekuensinya,
teratur atau tidak dan di periksa pada posisi puctum maksimum. Serta mengetahui
adanya keadaan janin didalam kandungan dalam mendeteksi gawat janin / tidak.
Perkusi
Untuk mengetahui refleks patella kiri dan kanan positif / negative.
1.
Pemeriksaan panggul
Untuk mengetahui normal atau tidaknya ukuran
panggul dengan pengukuran jangka panggul.
3.
DATA PENUNJANG
· Laboratorium
Darah
: Hb, Haematokrit, dan golongan darah.
Urine
: Kemungkinan ditemukan protein dalam
urine 10 gram sehari atau lebih.
USG :
Untuk mengetahui keadaan janin baik tunggal atau tidak dan baik intrauterine
atau tidak.
A.
Langkah II ( interpretasi data )
Diagnosa kebidanan
Ibu hamil ,G….P….A…H….,
usia kehamilan, janin hidup / tidak, tunggal / kembar, intrauterine /
ekstrauterin, letkep / letsu,keadaan jalan lahir, KU ibu dan janin baik atau
tidak.
Dasar :
Dasar :
Melalui anamnesa tanda pasti hamil : pergerakan janin pertama kali
dirasakan ibu, terdengar DJJ saat pemeriksaan auskultasi oleh bidan, foto
rontgen tampak jelas organ janin. Usia kehamilan melalui HPHT dan TFU, janin
tunggal dengan teraba satu bagian keras dan dua bagian tonjolan kecil,
intrauterin dengan saat pemeriksaan palpasi terasa kontraksi dan ibu tidak
merasakan nyeri, bagian terbawah janin dengan letak kepala, pu – ka / pu – ki,
sesuai dengan keadaan jalan lahir normal, KU ibu dan janin baik / tidak .
Masalah yang kemungkinan
terjadi :
Melalui anamnesa ibu
mengeluhkan nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan, mual, nyeri
epigastrium, dan hiperrefleksia yang dengan adanya tanda eklampsia.
apabila tidak di atasi maka dapat menimbulkan kejang sampai koma pada
ibu.
B.
Langkah III ( mengidentifikasi masalah atau masalah potensial )
Masalah potensial ditentukan berdasarkan masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasikan. Kemungkinan yang timbul : solusio plasenta,
hipofibrinogenemia, hemolisis, perdarahan otak, kelainan mata, edema paru –
paru, nekrosis hati, sindroma HELLP, kelainan ginjal, gangguan pernafasan,
kejang sampai koma, prematuritas, dismaturitas, kematian janin
intrauterine dan kematian ibu.
C.
Langkah IV ( Tindakan segera )
- Bebaskan jalan nafas, dengan memasang spatel pada mulut ibu agar lidah tidak tergigit dan jalan nafas bisa terbuka.
- Baringkan pasien pada sisi kiri dengan posisi trendelenbrug untuk mengurangi resiko aspirasi
- Beri O2 4 sampai 6 liter / menit
- Pasang infus glukosa 5 % di tambah dengan valium 10 – 20 mgr
- Kontrol KU pasien
- Hindari terjadinya trauma tambahan sebab pasien dapat terjatuh dari tempat tidurnya saat terjadinya kejang.
- Kolaborasi dengan dokter Sp,OG dan segera rujuk untuk penanganan selanjutnya
D.
Langkah V ( Perencanaan atau intervensi )
- Memberitahukan kepada keluarga hasil pemeriksaan ibu
- Menganjurkan keluarga untuk mengatur posisi ibu dengan kaki sedikit lebih tinggi dari pada kepala
- Memantau perkembangan KU secara adekuat
- Memberikan keluarga motivasi berupa dukungan dan semangat emosional
- Membuat informed consent
- Menyiapkan BAKSOKUDA
- Melakukan kolaborasi dengan dokter Sp, Og untuk pemberian therapy dan penanganan selanjutnya
- Lakukan rujukan segera
DAFTAR PUSTAKA
Buku ajar bidan Myles,
Diane M. Fraser, Margaret A Cooper. Jakarta EGC 2009
Manuaba, Ida Bagus Gede ,
Ilmu kebidanan , Penyakit kandungan dan Kb untuk pendidikan bidan , Jakarta EGC
1998
Obstetri William : panduan
ringkas / Kenneth J. Lereno, Egi Komara Yudha, Nike Budhi Subekti, Jakarta EGC
2009.
Rukiyah, Lia yulianti.
2010. ASUHAN KEBIDANAN 4 PATOLOGI, Jakarta Tim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar