MAKALAH
ILMU KESEHATAN
MASYARAKAT(IKM)
PENCEGAHAN PENYAKIT YANG
BERKAITAN DENGAN KESEHATAN IBU DAN ANAK
OLEH:
LARA ANGGRAINI
11211125
Dosen pembimbing:
Ety Aprianti, SKM
STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG
PRODI DIII KEBIDANAN
2012/2013
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr.wb`
Alhamdulillah dan segala puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga makalah
ini yang berjudul “PENCEGAHAN PENYAKIT YANG BERKAITAN DENGAN KESEHATAN IBU DAN
ANAK “dapat terselesaikan dengan baik.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah IKM. Di samping itu, kami juga berharap makalah ini mampu memberikan kontribusi dalam menunjang
pengetahuan.
Penulis
sangat penyadari bahwa, penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis mengaharapkan masukan, saran dan kritik yang menunjang
untuk kesempurnan makalah ini .
Mudah-mudahan
makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan bagi siapa saja yang memerlukannaya,
amin.
Padang, April 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTA R............................................................................................ i
DAFTAR
ISI ......................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Permasalahan
....................................................................................... 4
1.3 Tujuan
.................................................................................................. 4
1.4 Manfaat
................................................................................................ 4
BAB
II PEMBAHASAN
2.1
KonsepPencegahanPenyakit................................................................. 6
2.1.1
Ruang Lingkup Kegiatan.......................................................... 8
2.1.2
Memeriksa Kesehatan Ibu Hamil
(ANC)................................. 9
2.1.3
Mengamati Perkembangan Dan
Pertumbuhan Anak
Balita........................................................................................ 10
2.1.4
Memberikan Pelayanan KB Pada
Pasangan Usia subur.......... 10
2.1.5
Pengobatan Ibu Dan Anak...................................................... 11
2.1.6
Kualitas Keluarga.................................................................... 11
2.1.7
Kualitas Pelayanan Kesehatan Ibu,
bayi, dan anak................. 11
2.1.8
Dampak Pada Bayi Dan Anak................................................. 11
2.2
Cara Penularan Dan Pencegahan
Penyakit Berkaitan
Dengan Air Dan Lingkungan.............................................................. 13
2.3
Pengertian, gejala, cara penularan
dan pencegahan penyakit.............. 16
2.4
Tinjauan Penyakit Tbc......................................................................... 18
2.5
Tinjauan Penyakit Malaria................................................................... 22
2.6
Penyakit Demam Berdarah Dengue
(Dbd).......................................... 25
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan ......................................................................................... 29
B.
Saran ................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan adalah hal
mutlak yang harus diperhatikan untuk kemajuan suatu bangsa selain pendidikan
dan ekonomi. Derajat kesehatan masyarakat sangat ditentukan oleh berbagai
faktor yang saling mendukung satu sama lain mulai dari lingkungan, perilaku
masyarakat, pelayanan kesehatan hingga genetika yang ada di masyarakat.
Lingkungan adalah salah
satu faktor yang memengaruhi derajat kesehatan tersebut. Peranan lingkungan
dalam menyebabkan timbulnya penyakit dapat bermacam-macam. Salah satunya adalah
sebagai reservoir bibit penyakit. Reservoir adalah tempat hidup yang paling
sesuai bagi bibit penyakit. Timbul atau tidaknya penyakit pada manusia
tergantung dari sifat-sifat yang dimiliki oleh bibit penyakit atau penjamu.
Berkaitan dengan
lingkungan, salah satu penyakit menular berbasis lingkungan yang masih menjadi
masalah kesehatan dan merupakan penyebab kesakitan dan kematian anak-anak di
Indonesia adalah diare. Diare hingga kini masih menjadi salah satu penyebab
utama kesakitan dan kematian. Epidemiologi penyakit diare dapat ditemukan pada
seluruh daerah geografis dunia dan kasus diare dapat terjadi pada semua
kelompok umur, tetapi penyakit berat dengan kematian yang tinggi terutama
terjadi pada bayi dan anak balita. Di negara berkembang anak-anak menderita
diare lebih dari 12 kali dalam setahun, dan menjadi penyebab kematian dengan
Case Fatality Rate 15% sampai dengan 34% dari semua kematian, kebanyakan
terjadi pada anak-anak
Hasil Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 2013 menunjukkan angka kematian akibat diare adalah
23 per 100 ribu penduduk dan pada balita adalah 75 per 100 ribu balita (Depkes
RI,2010
Menurut Depkes RI
(2008), insiden diare berkisar antara 400 kasus per 100 penduduk, di mana
60-70% di antaranya anak-anak di bawah umur 5 tahun. Setiap anak mengalami
diare rata-rata 1 sampai 2 kali setahun dan secara keseluruhan, rata-rata
mengalami 3 kali episode diare per tahun (Bela dkk, 2009).
Pada tahun 2010,
terjadi KLB di 16 provinsi dan 44 daerah tingkat dua di Indonesia, Jumlah penderitanya sebesar 10.980 dan 77
penderita meninggal dunia akibat penyakit tersebut (Depkes RI,2010).
Berdasarkan survei yang
dilakukan Bela dkk (2005), diare merupakan penyakit yang sering terjadi di
wilayah Puskesmas selama tahun 2010 dengan rincian sebagai berikut
Dari data di atas dapat
dilihat bahwa kejadian angka insidens paling tinggi terjadi di Kelurahan X pada
kelompok umur 0-5 tahun sebanyak 46,75 orang per 1000 penduduk .
Tingginya kasus diare
dapat disebabkan oleh faktor lingkungan dan perilaku masyarakat karena penyakit
diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan (Depkes RI, 2000).
Perilaku masyarakat erat kaitannya dengan tindakan pencegahan yang dilakukan
oleh masyarakat dalam meminimalisir terjadinya diare.
Beberapa ahli kesehatan
kemudian menemukan bahwa ada dua faktor penting dari keadaan lingkungan yang
memengaruhi timbulnya diare, yaitu keadaan air untuk rumah tangga dan fasilitas
jamban (Suharyono, 1980; WHO, 1985). Risiko kejadian diare dan diare berulang
lebih besar pada keluarga yang tidak mempunyai jamban keluarga, sedangkan
penyediaan jamban umum dapat menurunkan prevalensi diare daripada yang tidak
mempunyai jamban, begitu juga dengan penyediaan fasilitas air bersih sedekat
mungkin dengan pemakai dapat menurunkan risiko diare (Munir, 1983).
Dari profil Kecamatan X
diketahui bahwa 88,14 % KK di Kelurahan X masih menggunakan sumur sebagai
sumber air bersihnya, dan 1,34 % masih menggunakan air sungai. Adapun untuk
sarana jamban keluarga masih ada 3,73% KK yang belum mempunyai jamban keluarga.
Selain lingkungan,
tindakan pencegahan diare juga dipengaruhi oleh pengetahuan ibu. Berdasarkan
hasil penelitian Pratama (2008) di Bali, ibu balita yang mempunyai tingkat
pengetahuan yang rendah beresiko mengalami kejadian diare.
Menurut Handayani (2004)
pengetahuan ibu memengaruhi tindakan ibu terhadap pencegahan penyakit diare.
Pengetahuan responden yang berada dalam kategori baik berbanding lurus dengan
tindakan terhadap pencegahan.
Pengalaman atau
pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang sangat berperan dalam
menginterpretasikan suatu rangsangan yang diperoleh. Pengalaman masa lalu akan
menyebabkan terjadinya perbedaan dalam interpretasi. Sebelum seseorang
mengadopsi perilaku baru, harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku
tersebut bagi dirinya atau keluarganya (Notoatmodjo, 2008).
Menurut Wolinsky (1998)
bahwa masyarakat mengembangkan pengertian sendiri tentang sehat dan sakit
sesuai dengan pengalaman hidupnya atau nilai-nilai yang diturunkan oleh
generasi sebelumnya, maka pencegahan penyakit diare yang sering dilaporkan
terjadi akibat lingkungan yang buruk tergantung persepsi masyarakat tentang
diare. Artinya, jika diare dipersepsikan sebagai suatu penyakit tidak serius
dan tidak mengancam kehidupannya maka perilaku pencegahan akan penyakit diare
pun tidak terlalu serius dilakukan. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan
bahwa diare merupakan masalah kesehatan yang perlu diwaspadai, otomatis mereka
akan bereaksi serius terhadap penyakit ini dengan mengembangkan perilaku-perilaku
pencegahan.
Menurut Soemarno
(1995), didapatkan persepsi ibu yang salah tentang diare di Boyolali. Menurut
ibu penyebab diare ada yang langsung terhadap anak yaitu masuk angin, terlalu
lama mandi, makan makanan rasa asam (kecut), dan tidak langsung bila ibu
menyusui masuk angin atau makan makanan yang pedas-pedas, air susu menjadi
jelek dan anak menderita mencret. Tidak ada kepercayaan bahwa diare disebabkan
oleh roh halus. Sehingga persepsi ibu yang salah tentang diare dan penyebabnya
menghasilkan perilaku pengobatan diare pada anak sebagai berikut, mula-mula
ditangani sendiri dengan ramuan tradisional, bila tidak sembuh diobati dengan
pil Ciba yang dijual bebas di warung-warung yang tersebar di desa, bila tetap
belum sembuh baru dibawa ke petugas kesehatan.
Menurut Luthans (2005),
persepsi berperan penting dalam perilaku seseorang, persepsi berhubungan dengan
bagaimana individu menanggapi individu lain. Karakteristik penilai dan orang
yang dinilai menunjukkan kompleksitas persepsi sosial.
Menurut Rosenstock
dalam Muzaham (1995), kesiapan seseorang untuk melakukan suatu tindakan
ditentukan oleh pandangan orang itu terhadap bahaya penyakit tertentu dan
persepsi mereka terhadap kemungkinan akibat (fisik dan sosial) bila terserang
penyakit tersebut.
Berdasarkan data dan
hasil penelitian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul "Pengaruh persepsi ibu balita tentang penyakit diare terhadap
tindakan pencegahan diare di Kelurahan X Kecamatan X tahun 2001".
1.2 Permasalahan
Dari latar belakang di
atas peneliti mengambil kesimpulan bahwa penyakit diare khusus pada anak balita
merupakan masalah yang cukup penting hari ini mengingat angka kesakitannya yang
tinggi, dan hal tersebut tidak terlepas dari peran ibu sebagai pengasuh terdekat
dengan balita untuk melakukan melakukan pencegahan. Oleh karena itu dalam
penelitian ini dapat dirumuskan masalah apakah ada pengaruh persepsi ibu balita
tentang penyakit diare terhadap tindakan pencegahan diare
1.3 Tujuan
Tujuan untuk
menjelaskan persepsi ibu balita tentang penyakit diare terhadap tindakan
pencegahan diare
1.4 Manfaat
- Manfaat
bagi tenaga kesehatan, pemerintah/ pengambil keputusan dapat memberikan
informasi tentang permasalahan terkait sehingga dapat digunakan sebagai
dasar untuk mengambil keputusan dalam menentukan kebijakan untuk
pencegahan dan penanganan kejadian diare.
- Bagi
penulis lain, ini dapat memberikan informasi baru tentang penelitian
terkait sehingga dapat menjadi referensi untuk penelitian-penelitian
pengembangan berikutnya
- Untuk
pengembangan ilmu, penelitian ini dapat membuktikan teori yang berkaitan
sekaligus dapat membuka wacana berpikir untuk pengembangan teori yang
sudah ada.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 KonsepPencegahanPenyakit
Secara umum ‘pencegahan’dapat
di artikan sebagai tindakan yang dilakukan Sebelum peristiwa yang di harapkan
(atau yang di duga) akan terjadi, sehingga tidak terjadi atau dapat di hindari.
Mencegah penyakit berarti
menggunakan pengetahuan kita yang muthakir sebaiknya mungkin untuk membina
(promote) mencegah penyakit dan ketidakmampuan, dan memperpanjang umur sebagaimana
yang di maksud dalam definisi’public Health’menurut winslow 1920.
Tindakan pencegahan
yang dapat dilakukan baik pada fase prepatogenesisya itu sebelum mulainya
proses penyakit, maupun fase pathogenesis yaitu sesudah memasuki proses
penyakit.
Tindakan pencegahan dibagi
menjadi 3 tahap utama yaitu:
1.
Upayapencegahan
primer
a. Upaya
peningkatan kesehatan
Yaitu upaya pencegahan yang umumnya
bertujuan untuk meningkatkan taraf kesehatan individu, keluarga, masyarakat,
misalnya:
a) Penyuluhan
kesehtan, perbaikan gizi, penyusunan pola gizi memadai, pengawasan pertumbuhan anak
balita dan usia remaja.
b) Perbaikan
perumahan yang memenuhi syarat kesehatan.
c) Kesempatan
memperoleh hiburan sehat yang memungkinkan pengembangan kesehatan mental dan sosial.
d) Pendidikan
kependudukan, nasihat perkawinan, pendidikan
seks dan sebagainya.
e) Pengendalian
factor lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan.
b. Perlindungan umum dan khusus
Perlindungan
khusus terhadap kesehatan. Golongan masyarakat tertentu serta keadaan tertentu
yang secara langsung atau tidak langsung yang dapat mempengaruhi tingkat kesehatan.
Misalnya seperti:
a. Peningkatan
higien perorangan dan perlindungan terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan.
b. Perlindungan
tenaga kerja terhadap kerja terhadap setiap kemungkinan yang timbul akibat kerja.
c. Perlindungan
terhadap bahan-bahan beracun, korosif, allergen.
d. Perlindungan
terhadap sumber-sumber pencernaan.
2.
Upaya Pencegahan
sekunder
Bersifat
diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis andprompt treatment)
meliputi:
Mencari
kasus sedini mungkin:
a. Melakukan
general cheek up rutin pada tiap individu
b. Melakukan
berbagai survey dalam rangka pemberantasan penyakit menular.
c. Pengawasan
obat-obatan, termasuk obat terlarang yang di perdagangan bebas seperti golongan
narkotika, psikofarmaka dan obat-obat bius lainnya.
3.
Upaya pencegahan
tersier
Pencegahan
terjadinya komplikasi penyakit yang lebih parah. Bertujuan menurunkan angka kejadian
cacat fisik ataupun mental, meliputi :
a. Penyempurnaan
cara pengobatan serta perawatan lanjut
b. Rehabilitas
sempurna setelah penyembuhan penyakit (rehabilitas fisik dan mental).
c. Mengusahakan
pengurangan beban soal penderita, sehingga mencegah kemungkinan terputusnya kelanjutan
pengobatan serta kelanjuatan rehabilitas dan sebagainya.
Program
kesehatan yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak:
Komponen
yang terkait antara lain
1. Upaya
keluarga berencana
2. Upaya
perbaikan gizi
Melaksanakan
program:
a) Program
perbaikan gizi keluarga melaui kelompok-kelompok penimbangan pos pelayanan terpadu.
b) Memberikan
tambahan makanan yang mengandung protein dan kalori yang cukup terhadap anak-anak di bawah umur lima
tahun dan kepada ibu yang menyusui.
c) Memberikan
vitamin A kepada anak-anak di bawah lima tahun.
Pada
tahun 1952: Pengembangan upaya kesehatan ibu dan anak (KIA) Mulai dirintis dengan
didirikannya direktorat KIA di lingkungan kementrian kesehatan. Jumlah anak di
Indonesia 77,8 juta jiwa (Unicep, 2000) terdiri dari:
1. Bayi
sekitar 4,5 juta
2. Balita
sekitar 22 juta
3. Usia
SD sekitar 29 juta
4. Remaja
sekitar 22 juta
Dimana setiap kelompok umur masalahnya
berbeda.
Tujuan Umum:
a. Menurunkan
kematian (mortality) dan kejadian sakit, kegiatan ini bertujuan untuk menjaga kesehatan
ibu selama kehamilan, bersalin dan menyusui.
b. Meningkatkan
kesehatan anak, melalui pemantauan status gizi dan pencegahan sedini mungkin berbagai
penyakit yang bisa di cegah dengan imunisasi dasar sehingga anak dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal.
2.1.1
RUANG
LINGKUP KEGIATAN
Kegiatan KIA terdiri dari
kegiatan pokok dan integratif. Kegiatan Integratif adalah kegiatan program
lain, (misalnya kegiatan Imunisasi merupakan kegiatan pokok P2M) yang
dilaksanakan pada program KIA karena sasaran penduduk program P2M juga menjadi sasaran
program KIA.
a)
Memeriksa kesehatan
ibu hamil (ANC)
b) Mengamati
perkembangan dan pertumbuhan anak-anak balita (integrasi program gizi)
c) Memberikan
nasehat tentang makanan, mencegah timbulnya masalah gizi karena kekurangan
protein, kalori dan memperkenalkan jenis makanan tambahan (vitamin dan garam yodium),
integrasi program PKM dan gizi.
d) Memberikan
pelayanan KB kepada pasangan usia subur
e) Ibu
atau anak yang memerlukan pengobatan.
f) Memberikan
pertolongan persalinan dan bimbingan selama masa nifas.
g) Mengadakan
latihan untuk dukun bersalin.
2.1.2
Memeriksa
Kesehatan Ibu Hamil (ANC)
Memeriksa kehamilan sangatlah
penting pada ibu hamil karena pada saat ini sering terjadi anemia, kekurangan gizi.
Akibatnya yang terjadi adanya
komplikasi-komplikasi dapat dikurangi dengan di berikannya perawatan prenatal
yang baik. Perlunya pemberian pendidikan tentang gizi, asupan tablet
zatbesi/vitamin. Perannya adalah menangani komplikasi yang terjadi.
Untuk
menurunkan AKI adalah melalui 4 pilar upaya safe motherhood, dengan intervensi
yang dilakukan seperti:
a. Mengurangi
kemungkinan seseorang perempuan menjadi hamil dengan upaya keluarga berencana.
b. Mengurangi
kemungkinan seorang perempuan hamil mengalami komplikasi obstetric dalam kehamilan
dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta di tangani secara
memadai melalui pelayanan antenatal.
c. Persalinan
yang bersih dan aman adalah memastikan bahwa semua penolong persalinan mempunyai
pengetahuan, keterampilan dan alat untuk memberikan pelayanan nifas bagi ibu dan
bayi.
d. Mengurangi
Kemungkinan komplikasi persalinan yang berakhir dengan kematian atau kesakitan melalui
pelayanan obstetric esensial komprehensif (PONEK).
Kebijakan program
kunjungan pemeriksaaan kehamilan dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan,
sesuai WHO yaitu:
1.
Satu kali pada
trimester pertama
2.
Satu kali pada
trimester kedua
3.
Dua kali pada
trimester ketiga.
Pelayanan atau asuhan standar
yang diberikan pada pemeriksaan kehamilan adalah7T :
1)
Timbang berat badan.
2)
Ukur tekanan darah.
3)
Ukur tinggi
fundus uteri.
4)
Pemberian imunisasi
TT lengkap.
5)
Pemberian tablet
besi selama kehamilan.
6)
Tes terhadap penyakit
menular seksual.
7)
Temu wicara dalam
rangka persiapan rujukan.
Asuhan pada ibu hamil secara kesuluruhan meliputi aspek-aspek berikut
ini,yaitu:
a.
Mengupayakan kehamilan
yang sehat.
b.
Melakukan deteksi
dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan jika diperlukan.
c.
Mempersiapkan persalinan
yang bersih dan aman.
d.
Persiapan secara
dini untuk melakukan rujukan, bila terjadi komplikasi.
2.1.3
Mengamati
Perkembangan Dan Pertumbuhan Anak Balita.
Ruang lingkup kegiatan:
a.
Memantau pertumbuhan
anak melalui penimbangan anak secara rutin setiap bulan di puskesmas atau posyandu.
b.
Memberikan penyuluhan
gizi kepada masyarakat pemberian makanan tambahan (PMT) dilakukan melalui demontrasi
pemilihan bahan makanan yang bergizi dan cara masaknya.
c.
Pemberian
vitamin A, tablet zat besi untuk ibu hamil, susu, pemberian obat cacing untuk anak
yang kurang gizi.
2.1.4
Memberikan
Pelayanan KB Pada Pasangan Usia subur
Tujuan: menurunkan angka
kelahiran dan meningkatkan kesehatan ibu. Ruang lingkup kegiatan
a. Mengadakan
penyuluhan KB baik di Puskesmas dan posyandu kegiatan ini adalah untuk memberikan
konseling untuk PUS.
b. Menyediakan
alat-alat kontrasepsi
c. Menjelaskan
fungsi dan efek samping alat kontrasepsi.
2.1.5
Pengobatan
Ibu Dan Anak
Tujuan: Memberi pengobatan dan perawatan
di Puskesmas.
Ruang lingkup kegiatan:
a.
Menegakkan
diagnose, memberikan pengobatan untuk penderita yang berobat jalan atau pelayanan
rawat tinggal di Puskesmas.
b.
Mengirim
(merujuk) penderita sesuai dengan jenis pelayanan yang di perlukan.
c.
Menyelenggarakan
puskesmas keliling.
2.1.6
Kualitas
Keluarga
1.
Pendidikan
2.
Usia pernikahan
/perencanaan keluarga
3.
Kedudukan wanita
dalam keluarga
4.
Perilaku bersih dan
sanitasi lingkungan pemukiman, seperti:
a) Sumber
air bersih.
b) Tempat
buang sampah.
c) Ventilasi
rumah.
5.
Kemiskinan.
6.
Hambatan geografis,
Jarak yang jauh.
2.1.7
Kualitas
Pelayanan Kesehatan Ibu, bayi, dan anak
1.
Pelayanan untuk ibu
hamil dan bayi.
2.
Persalinan
3.
Posyandu
4.
BKB, TPA, TK,
jangkauannya masih kecil.
2.1.8
Dampak
Pada Bayi Dan Anak
1.
BBLR ( Berat badan
bayi lahir rendah).
2.
Perawatan tali pusat
masih tradisional.
3.
Tidak di bawa ketenaga
kesehatan sebelum satu satu bulan.
4.
Status
gizibayidananak
5.
Kekurangan
Vitamin A
6.
Anemia
7.
Kekuranganyodium
Upaya- upaya yang di lakukan untuk meningkatkan atau pencegahan penyakit:
1. Langsung
pada bayi atau anak
a. Pertolongan
persalinan dan bayi baru lahiroleh tenaga kesehatan di sarana kesehatan.
b. Pencegahan
dan penanggulangan penyakit menular.
c. Program
perbaikain gizi: penggunaan ASI.
d. Stimulasi
dini : psikomotor, gerak, lincah.
e. Pemantuan
tumbuh kembang
2.
Melalui ibu
a. Memperbaiki
status gizi ibu.
b. Meningkatkan
pendidikan ibu.
c. Meningkatkan
dan keterampilan.
d. Kesehatan
ibu.
e. Persalinan
yang aman
f. Perawatan
bayi dan balita
g. Prilaku
bersih: cuci tangan.
3.
Melalui keluarga
a. Meningkatkan
pendidikan ayah.
b. Meningkatkan
keterampilan ekonomi keluarga.
c. Meningkatkan
pengetahuan sikap dan sikap ayah seperti: perencanaan keluarga (jumlah anak),
perawatan kehamilan ,perawatan bayi dan
balita.
Dalam epidemiologi dan
program- program pemberantasan penyakit menular di kenalkan upaya-upaya yang
antara lain sebagai berikut:
a.
Upaya penemuan
kasus ( case finding ), baik secara aktif maupun pasif.
b.
Screning, baik
masal maupun selektif .
c.
Pemeriksaan
khusus dan berkala ( periodic selective examination) terutama tertuju kepada
kelompok resiko tinggi.
SASARAN
KESEHATAN MASYARAKAT
Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat
adalah individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat agar tercapai derajat
kesehatan yang optimal melalui upaya promotif, preventif,kuratif,
rehabitatatif.
Sesuai kompetisi klionis kebidanan,
bahwa sasaran pelayanan kebidanan di masyarakat adalah remaja, wanita pra
hamil, ibu bersalin,ibu nifas, ibu menyusui, akseptor KB, masa
klimakterium,menopause,periode maternal dengan gangguan system reproduksi
ringan. Sehingga pelayanan kesehatan masyarakat yang dilakukan oleh bidan
adalah sesuai kompetensi klinis, dan kewenagan yang diberikan kepada bidan
dalam menjalankan praktiknya di masyarakat.,
2.2 Cara Penularan Dan Pencegahan Penyakit Berkaitan
Dengan Air Dan Lingkungan
Di
Indonesia terutama di daerah pedesaan penyakit yang penularannya berkaitan
dengan air dan lingkungan masih merupakan masalah bagi masyarakat, sering
merupakan penyakit endemis di suatu wilayah dan kadang-kadang timbul sebagai
letusan penyakit dan bahkan dapat menimbulkan wabah penyakit.
Akibatnya
produktivitas masyarakat menurun karena banyak kehilangan waktu bekerja karena
sakit, bertambahnya pengeluaran biaya untuk pengobatan dan perawatan penderita,
sehingga potensi untuk menabung menurun. Hal tersebut mengakibatkan
terhambatnya pembangunan di daerah pedesaan karena masyarakat tidak mampu untuk
melakukan investasi pembangunan.
Pada
umumnya masyarakat belum menyadari bahwa penularan penyakit dipengaruhi dua
faktor penting yaitu perilaku dan kondisi lingkungan masyarakat sendiri.
Masyarakat belum mengerti akan hubungan antara kesehatan dengan perilaku dan
kondisi lingkungan. Di daerah pedesaan masih banyak masyarakat yang mempunyai
perilaku buang air besar di tempat terbuka, menggunakan air dari sarana yang
tidak memenuhi syarat kesehatan misalnya menggunakan air dari sungai untuk
minum dan masak.
Dengan
melakukan perilaku praktis sehari-hari, misalnya cuci tangan dengan benar,
yaitu dengan menggunakan sabun dan air yang mengalir serta kapan mereka harus
cuci tangan, merubah kebiasaan buang air besar di tempat terbuka menjadi
perilaku buang air besar di jamban, menjaga kualitas air dan mencegah
terjadinya pencemaran air, mulai dari sumber air, cara pengambilan air, cara
pengangktan air, cara penyimpanan air, sehingga masyarakat dapat menggunakan
air secara hygienis, sudah dapat mencegah terjadinya penularan penyakit.
Perilaku praktis tersebut yang belum membudaya di masyarakat.
Agar
para fasilitator masyarakat yaitu tokoh masyarakat, tokoh agama, guru sekolah,
pengurus organisasi masyarakat seperti Tim Kerja Masyarakat, Badan Pengelola,
dan lain-lain, mampu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahayanya
penyakit menular, memberikan motivasi cara pencegahan penyakit, sehingga
masyarakat mempunyai perilaku praktis untuk meningkatkan kualitas lingkungan
dan cara pencegahan penyakit, maka para fasilitator tersebut perlu memahamai epidemiologi
sederhana beberapa penyakit yang masih merupakan masalah bagi masyarakat.
2.3 Konsep dasar penting pemberdayaan masyarakat tentang
cara pencegahan penyakit.
1.
Masyarakat Memahami Penyakit yang menjadi Masalah.
Kesadaran masyarakat
akan timbul tentang masalah penyakit apabila masyarakat mendiskusikan penyakit
yang seing mereka derita, yaitu siapa atau anggota keluarga yang sering
menderita penyakit, jenis penyakit apa yang sering di derita, dan kemana
biasaya mencari pertolongan pengobatan.
Hampir semua penyakit
yang penularnnya berkaitan dengan air dan lingkungan, kuman keluar dari tubuh
manusia melalui tinja kemudian kuman tersebut masuk kedalam tubuh manusia
melalui mulut.
Kesadaran masyarakat
akan hidup sehat untuk mencegah terjadinya penularan penyakit akan timbul
apabila masyarakat memahami bagaimana kuman penyakit tersebut terbawa kedalam
lingkungan dan masuk kedalam tubuh manusia.
Untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang alur penularan penyakit tersebut, dengan cara :
a.
Masyarakat melalui diskusi kelompok memepelajari
bagaimana terjadinya alur dari kuman yang keluar dari tubuh manusia kemudian
masuk kedalam lingkungan dan kemudian masuk kedalam tubuh orang yang akan
ditulari.
b. Agar
masyarakat mampu mndiskusikan alur penularan penyakit tersebut perlu
difasilitasi oleh fasilitator masyarakat, dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan bukan dengan cara menggurui.
c. Agar
fasilitator mampu memfasilitasi masyarakat, maka fasilitator harus mengetahui
diagram alur penularan dari masing-masing penyakit menular.
Contoh sederhana alur penualaran penyakit diare yang digambarkan dengan diagram 5 F, sangat memudahkan bagi fasilitator untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang terjadinya alur kontaminasi penyakit diare.
Contoh sederhana alur penualaran penyakit diare yang digambarkan dengan diagram 5 F, sangat memudahkan bagi fasilitator untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang terjadinya alur kontaminasi penyakit diare.
2.
Masyarakat dapat Mengidentifikasi Faktor-Faktor yang
menyebabkan terjadinya Penyebaran Penyakit di Wilayah Mereka.
Penyakit menular
terjadi karena ada alur lingkaran dari tiga faktor utama yaitu penyebab
penyakit [agent], lingkungan yang merupakan perantara antara penyebab penyakit
dengan orang yang ditulari, dan orang yang akan ditulari penyakit. I
Penyebab penyakit
berasal dari sumber penyakit yaitu para penderita penyakit yang dalam tubuhnya
mengandung kuman penyakit. Kuman penyakit tersebut keluar dari tubuh manusia
melalui pintu keluar misal bersama tinja.
Kuman penyakit yang keluar bersama tinja, karena perilaku masyarakat buang air besar di tempat terbuka, akhirnya mencemari lingkungan misalnya air pada sarana air bersih. Apabila air tersebut diminum oleh seseorang, maka melalui air tesebut bibit penyakit masuk ke dalam tubuh manusia, dan mengakibatkan timbulnya penyakit.
Kuman penyakit yang keluar bersama tinja, karena perilaku masyarakat buang air besar di tempat terbuka, akhirnya mencemari lingkungan misalnya air pada sarana air bersih. Apabila air tersebut diminum oleh seseorang, maka melalui air tesebut bibit penyakit masuk ke dalam tubuh manusia, dan mengakibatkan timbulnya penyakit.
Untuk membantu
masyarakat dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
penyebaran penyakit di suatu wilayah mereka, dilakukan melaui transect walk
untuk mengunjungi kondisi lingkungan dan diskusi.
Dengan melalui
transect walk dan diskusi, masyarakat dapat mengidentifikasi kondisi lingkungan
kaitannya dengan perilaku masyarakat sendiri. Melalui transect walk dan diskusi
masyarakat dapat mengidentifikasi perilaku apa yang menyebabkan terjadinya
penularan penyakit, dapat mengidentifikasi kondisi lingkungan dan kondisi
sarana yang memungkinkan terjadinya penularan penyakit.
Sebagai contoh
masyarakat dapat mengidentifikasi tempat-tempat terbuka yang masih digunakan
untuk buang air besar dan pembuangan tinja bayi dan balita, sumber air yang
belum ditingkatkan [belum memenuhi syarat] yang masih digunakan untuk memenuhi
kebutuhan minum dan masak, dan lain-lain.
3.
Masyarakat memahami bagaimana Cara Menghambat Alur
Penularan Penyakit.
Untuk membantu masyarakat dapat memilih opsi kegiatan tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan untuk menghambat agar tidak terjadi penularan penyakit, dengan cara :
Untuk membantu masyarakat dapat memilih opsi kegiatan tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan untuk menghambat agar tidak terjadi penularan penyakit, dengan cara :
a.
Bagaimana merubah perilaku buruk yang selama ini dilakukan
menjadi perilaku hidup bersih dan sehat yang dapat dilakukan setiap hari.
b.
Sarana apa yang harus dibuat sendiri oleh masyarakat
untuk membantu agar dapat melakukan perilaku hidup bersih dan sehat [misal
meyediakan tempat cuci tangan, membuat jamban sederhana dll].
c.
Sebagai contoh untuk menghambat alur penularan
penyakit diare, dapat dilakukan melalui melaksanakan emapt kunci perilaku hidup
bersih dan sehat, yaitu merubah perilaku buang air besar di tempat terbuka
menjadi di jamban, merubah perilaku pembuangan tinja bayi dan balita di tempat
terbuka menjadi di jamban, cuci tangan dengan benar serta meningktkan kualitas
airdan mencegah terjadinya pencemaran air.
4.
Metoda PHAST [Participatory Hygine and Sanitation
Tranformation].
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang perlunya melakukan tindakan-tindakan yang harus dilakukan oleh masyarakat sendiri dalam rangka mencegah terjadinya penularan penyait, dilaksanakan dengan metoda PHAST.
Dengan menggunakan metoda PHAST, dapat meningkatkan :
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang perlunya melakukan tindakan-tindakan yang harus dilakukan oleh masyarakat sendiri dalam rangka mencegah terjadinya penularan penyait, dilaksanakan dengan metoda PHAST.
Dengan menggunakan metoda PHAST, dapat meningkatkan :
a.
Partisipasi masyarakat [mendorong setiap individu
dalam proses diskusi tanpa memandang usia, jenis kelamin, kelas sosial dan
latar belakang pendidikan], mendorong keikut sertaan perempuan, dan saling
belajar antara sesama anggota masyarakat.
b.
Pemberdayaan masyarakat [menambah rasa percaya diri
dan rasa tanggung jawab, mudah dilakukan dan sasana menyenangkan].
c.
Perubahan perilaku, yaitu memperbaiki dan merubah
perilaku buruk yang beresiko terhadap kesehatan menjadi memperbaiki dan
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat. Dalam rangka mendorong usaha
pencegahan penyakit.
d.
Mendorong masyarakat untuk mengelola dan menggunakan
sarana lingkungan dengan baik [sarana air bersih dan sarana sanitasi].
e.
Meningkatkan pengetahuan tentang hubungan perilaku
dan lingkungan dengan status kesehatan.
f.
Meningkatkan kemandirian masyarakat akan
melaksanakan pengelolaan peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, serta
pengelolaan sarana kesehatan lingkungan khususnya sarana air bersih dan sarana
sanitasi.
2.4 Pengertian, gejala, cara penularan dan pencegahan
penyakit.
1.
PENYAKIT DIARE
a.
Penyakit diare dan penyebarannya
Diare
biasanya disebabkan oleh makanan atau minuman yang tercemar kuman yang berasal
dari tinja. Anak kecil bisa mencret setelah disuapi makanan dengan tangan yang
kotor, atau setelah memasukkon barang yang kotor kedalam mulutnya. Diagram pada
halaman … memperlihatkan lintason yong biasa dilalui kuman diare hingga
mencapai manusia : lewat jori (fingers), lalat/serangga (flies), ladang/kebun
(fields), makanan (food) atau langsung ke mulut.
b.
Penyebab diare
1)
Kuman yang terdapat dalam tinja masuk kedalam mulut
2)
Kuman kuman tersebut dapat disebarkan melalui
makanan dan oleh tangan atau benda yong kotor
3)
Contohnya, anak anak akan terserang penyakit diacre
jika ibunya memberinya makanan dengan tangan yang kotor atau kukunyo tidak
dibersihkan
4)
Cacar air dan beberapa jenis penyakit lainnya
c.
Diare mengakibatkan anak anak dan orang dewasa
kehilangaon terlalu banyak cairan tubuh dan pada akhirnya mengakibatkan
kemation.
d.
Diare jika bisa mengakibatkan masalah kekurangan
gizi menjadi semakin parah karena ;
a)
Gizi makanan terbuang dari dalam tubuh
b)
Gizi dipakai untuk menyembuhkon jaringan yong rusak
sehingga proses pertumbuhan menjadi terhambat
c)
Biasanya para Ibu tidak memberi makanan kalau
anaknya sedang menderita diare
5.
Apakah tanda tandanya seseorang menderita penyakit
diare?
a.
Jika seseorang sedang terkena diare maka tinjanya
lebih cair dari biasanya dan terkadang juga mengandung darah
b.
Dalm waktu 24 jam seseorang paling tidak tiga kali
buang air
6.
cara perncegahan diare:
a.
Penderita diberi minum yang banyak
Beri
salah satu dari minuman berikut :
a)
ASI
b)
Oralit
c)
Air bersih (telah dimasak)
d)
Kuah sup, air tajin, yoghurt
e)
Sari buah, teh encer, air kelapa
b.
Beri makon
c.
Minta bantuan tenaga medis, jika gejala tidak
berkurang
7.
Tindakan yang di lakukan untuk pencegahan penyakjit
diare:
a.
Tinja harus dibuang di tempat yang amon, terutama
kotoran dari mereka yang terkena gejala diare
b.
Cuci tangan setelah buang air besar atau membersihkan
tinja, sebelum makan, Menyuapi anak, atau menyiapkan makanan
c.
Menjaga agar air minum terbebas dari kontaminasi
bahan bahan tinja, baik di rumah ataupun di sumbernya.
8.
Pencegahan Penyebaran
Upaya yang dilakukan oleh
masyarakat untuk mencegah berlangsungnny penyebaran penyakit diare adalah
dengen memasang penghambat pada lintasan penyebaran kuman penyebabnya.
Pencegahan don penyebaran yang paling baik adalah kombinasi antara sarana
dengan perilaku. Dibawah ini diberikan tiga perilaku terpenting yang bisa
menurunkon dengan cepat jumlah kasus kejangkitan penyakit diare :
a)
Pembuangan tinja di tempat yang aman, terutama yang
berasal dari penderita diare, baik penderita bayi, anak ataupun dewasa;
b)
Cuci tangan setelah buang air besar, setelah
membersihkan kotoran bayi, sebelum makan, menyuapi atou menyiapkan makanan;
c)
Menjaga agar air minum terbebas dari pencemaran,
baik di rumah maoupun dii sumbernya.
2.5 Tinjauan Penyakit Tbc
1.
Penyakit TBC dan penyebarannya
Tuberkulosis
(TBC) adalah suatu penyakit menular yang sebagian besar disebabkan oleh kuman
TBC (Mycobacterium Tuberchulosis). Kuman tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh
manusia melalui udara pernafasan ke dalam paru paru. Kemudian kuman tersebut
menyebar dari paru ke bagian tubuh lain melalui sistem peredaran darah, sistem
saluran limfe melalui saluran nafas (bronchus) atau penyebaran langsung ke
bagian-bagian tubuh lainnya
TBC bukan
penyakit keturunan, tapi penyakit yang disebabkan oleh kuman. TBC dapat
ditularkan dari orang ke orang lain. Namun tidak semua penderita TBC berpotensi
menularkan penyakit pada orang lain.
Banyak faktor
yang berperan dalam penularan penyakit TBC. Ada penderita dengan jumlah basil
tuberkulosis yang sangat banyak di dalam paru parunya, bahkan sampai jutaan.
Tetapi ada juga penderita dengan jumlah basil relatif sedikit, bahkan pada
pemeriksaan pembiakan tidak ditemukan basil tersebut. Hal ini bukan berarti
tidak ade basil tuberkulosis di dalam poru paru penderita tersebut. Basil tetap
ada, namun karena jumlahnya yang sedikit sehingga tidak terdeteksi pada
pemeriksaan laboratorium. Jika jumlah basil sedikit, maka kemungkinan penularan
lebih kecil.
2.
Kuman Tuberkulosis :
Kuman
Tuberkulosis berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam
pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA).
Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapot bertahan
hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman
ini dapat tertidur lama selama beberapa tahun.
3.
Cara Penularan
1)
Sumber penularan adalah dahak penderita TBC
yang di dalamnya mengandung kuman TBC
2)
Jika dalam dahak seseorang ditemukan kuman TBC,
berarti orang tersebut pasti menderita penyakit TBC yang sangat menular.
3)
Penularan penyakit TBC terjadi dari orang ke
orang lain bukan melalui serangga, transfusi darah, air susu ibu ataupun
melalui alat makan minum penderita
4)
Pada waktu batuk atau bersin, penderita
menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet
mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam.
5)
Penularan terjadi jika seseorang menghirup
udara yang mengandung kuman TBC.
6)
TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki
laki, perempuan, miskin, kaya), meskipun golongan darahnya berbeda dengan
penderita.
4.
TBC dianggap penyakit berbahaya karena:
Penyakit TBC
sangat berbahaya karena kuman TBC dalam tubuh sulit untuk diobati. Bila
penderita tidak tuntas minum obat, TBC bisa menyebabkan penyakit TBC yang
menahun karena kuman TBC akan menjadi kebal akibat pengobaton yang tidak
tuntas. Pada anak anak mengidap penyakit TBC yang menahun dapat menyebabkan
kecacatan fisik, sekaligus dapat menyebabkan kematian baik pada anak-anak
maupun pada orang dewasa.
5.
Tanda tandanya seseorang menderita penyakit TBC
1)
Gejala Utama
Batuk terus-menerus dan berdahak selama 3
(tiga) minggu atau lebih
2)
Gejala Umum TBC pada anak
a)
Berat badan turun selama 3 bulan berturut turut
tanpa sebab yang jelas dan tidak naik dalam 1 bulan meskipun dengan penanganan
gizi yang baik
b)
Nafsu makan tidak ada dengan gagal tumbuh den
berat badan tidak naik
c)
Demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas
(bukan tipus, malaria, atau infeksi saluran nafas akut), dapaot disertai
keringat malam.
d)
Batuk lama lebih dari 30 hari, tanda cairan di
dada dan nyeri dada
e)
Diare berulang yang tidak sembuh dengan
pengobatan diare, benjolan di abdomen, dan tanda cairan dalam abdomen
3)
Gejala tambahan yang sering dijumpai
a)
Dahak bercampur darah
b)
Batuk darah
c)
Sesak nafas dan rasa nyeri dada
d)
Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan
turun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa
kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan.
6.
Tindakan yang dilakukann terhadap penderita TBC
Penting
diperhatikan bahwa bila pada anak dijumpai gejala di atas, dan gejala berupa
kejang, kesadaran menurun, kaku kuduk, benjolan di punggung, maka ini tanda
tanda bahaya. Anak tersebut harus segera dibawa ke pelayanan kesehatan
terdekat, baik Pustu, Puskesmas, dan Rumah Sakit.
7.
Pengobatan penderita TBC
1)
Pengobatan penderita diberikan sesuai dengan anjuran
petugas kesehatan.
2)
Pengobetan dilakukan dengan dua tahap yaitu
tahap awal dan lanjutan
3)
Padoa tahap awal, satu papan obat (blister)
diminum sekaligus setiap hari. Lama pengobatan tahap awal diberikan 2 atau 3
bulan tergantung berat ringannya penyakit.
4)
Pada tahap lanjutan, satu papan obat diminum
sekaligus 3 kali seminggu. Lama pengobatan tergantung berat ringannya penyakit.
8.
Kemana penderita bisa berobat?
1)
Puskesmas
2)
Balai Pengobatan Penyakit Paru paru (BP4)
3)
Rumah sakit
4)
4Klinik dan dokter praktek swasta
9.
Akibat minum obat tidak teratur dan tidak
tuntas:
1)
Tidak sembuh atau menjadi lebih berat
penyakitnya bahkan mengakibatkan kematian.
2)
Sukar diobati karena kemungkinan kuman kebal sehinggadiperlukan obat yang lebih ampuh dan
mahal harganya.
3)
Obat untuk kuman yong kebal tidak tersedia di
semua fasilitas kesehatan.
4)
Menularkan kuman yang sudah kebal obat kepada
orang lain.
10. Pencegahan
penyebaran penyakit TBC
1)
Penderita TBC segera diobati sampai sembuh
supaya tidak menjadi sumber penularan.
2)
Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin
dengan sapu tangan atau tisu.
3)
Tidur terpisah dari keluarga terutama pada 2
minggu pertama pengobatan.
4)
Penderita TBC tidak meludah disembarang tempat,
tetapi di wadah yong diberi air sabun atau lisol kemudian dibuang dalam lobang
dan ditimbun dengan tanah.
5)
Menjemur alat tidur secara teratur pada pagi
hari.
6)
Membuka jendela pada pagi hari agar rumah
mendapat udara bersih dan cahaya matahari yang cukup sehingga kuman TBC yang
tertinggal di rumah mati.
2.
Tindakan apa yang harus dilakukan agar tidak
tertular sakit TBC
1)
Jalankan pola dan perilaku hidup sehat dan
bersih, karena setiap saat kuman TBC ada di antara kita.
2)
Khusus untuk anak diupayakan gizi yang cukup
3)
Kesehatan lingkungan perumahan, terutama
ventilasi, cahaya, dan kelembaban yang memenuhi syarat.
4)
Segera periksa ke sarana pelayanan kesehatan
terdekat bila timbul batuk lebih dari 3 minggu.
3.
Upaya yang dilakukan
1)
Meningkatkan daya tahan tubuh, antara lain
dengan makan makanan bergizi
2)
Tidur istirahat yang cukup
3)
Tidak merokok dan tidak minum minuman yang
mengandung alcohol
4)
Membuka jendela dan mengusahakan sinar matahari
masuk ke ruang tidur dan ruangan ruangan lain
5)
Bayi agar diberi imunisasi BCG
4.
Pengobatan pencegahan pada anak
Semua anak yang
tinggal serumah dan kontak langsung dengan penderita TBC berisiko besar untuk
terinfeksi, infeksi pada anak ini dapat berlanjut menjadi penyakit
tuberkulosis. Oleh karena itu pada anak, terutama balita yaong tinggal serumah
atau kontak erat dengan penderita TBC secara dini perlu dilakukan pemeriksaoan
untuk mencegah agar penyakit tidak menular.
2.6 Tinjauan Penyakit Malaria
1. Penyakit Malaria den penyebarannya
Malaria adalah penyakit menular yang
penularannya dilakukan oleh nyamuk anopheles. Sebetuilya malaria merupakan
penyakit yong dapat dicegah jika pengendalian vektor nyamuk dilakukan secara
efektif dan efisien selain itu penyakit ini juga dapat disembuhkan jika
dilakukon diagnosa tepat dan pengobatan yong memadai.
Penularan terjadi saeat nyamuk menggigit
penderita malaria dan kemudian menggigit orang yang sehat dan selanjutnya orang
yang sehat tersebut menjadi sakit. Itulah sebabnya penularan penyakit ini
membutuhkan adanya penderita malaria dan keberadaan nyamuk anopheles itu
sendiri.
Diagram berikut ini memperlihatkan alur yong
biasa dilakukan nyamuk anopheles dalam menyebarkan malaria, yaitu dimulai dari
tempat perindukan nyamuk (tempat bertelur), nyamuk mencari darah dengan
menggigit penderita malaria, nyamuk beristirahat (hinggap di dalam rumah)
kemudion nyamuk menggigit orang sehat don orang ini menjadi sakit.
Alur Penularan Penyakit Malaria
2. Apakah penyebab malaria ?
Malaria biasanya dibawa oleh nyamuk yang
disebut nyamuk Anopheles sebagai vector pembawa dan penyebar penyakit. Sebetulnya
yang disebarkan nyamuk itu adalah penyebab penyakit malaria yang disebut
parasit. Parosit hidup dan berkembang biak dalam tubuh nyamuk don saat nyamuk
menggigit untuk mendapatkon darah manusia/hewan maka parasit yang berada dalam
saluran ludah nyamuk ikut berpindah ke dalam aliran darah manusia/hewan.
3. Mengapa malaria dianggap penyakit berbahaya
Penyakit ini sangat berbahaya karena bisa
membunuh apabila penderita tidak secepatnya mendapatkan pertolongan selayaknya.
Parasit malaria di dalam tubuh manusia memperbanyak diri di dalam hati,
kemudian memasuki pembuluh darah dan merusak sel sel darah merah, sehingga
penderita yang tidak cepat mendapatkan pertolongan dapat membahayakan jiwanya.
Karena penyakit malaria dapat membunuh.
4. Apakah tanda tandanya seseorang menderita
penyakit malaria?
Malaria dapat dikenali dari gejala awainya
seperti demam, menggigil, berkeringat, mual-mual, dan sakit kepala. Apabila hal
ini terjadi, segera mencari pertolongan pengobatan.
5. Apa yang dilakukan terhadap penderita malaria?
Begitu gejala ditemukan, segera pergi ke
klinik/puskesmas terdekat untuk mendapatkan obat anti malaria.
6. Bagaimana mencegah agar orang tidak terjangkit
malaria?
1)
Melakukan
pemberantasan sarang nyamuk (biasanya di genangan air sekitar rumah, selokan,
danau, kanal, saluran irigasi yang tidak terpelihara, sawah, danau).
2)
Membunuh
nyamuk.
3)
Membunuh
jentik nyamuk.
4)
Menghindari
gigitan nyamuk (tidur memakai kelambu, memakai baju lengan panjang dan
celana/gaun panjang bila keluar rumah pada malam hari, mengurangi frekuensi
keluar malam).
5)
Mengurangi/meniadakon
tempat nyamuk beristirchat (merapikon gantungon baju, membersihkan semak semok
sekitor rumah).
6)
Memasukkan
sinar matahari ke dalam rumah sebanyak mungkin untuk mengurangi kelembaban dan
kegelapan dalam rumah di siang hari.
7)
Mencegah
nyamuk masuk ke dalam rumah (memasang kawat/plastik kasa pada semua lubang
angin),dll.
7. Pencegahan penyebaran
Upaya yong dapat dilakukan untuk mencegah
berlangsungnya penyebaran penyakit malaria adalah dengan memasang penghambat
pada alur penyebaran malaria dan penyebabnya. Pencegahan dan penyebaran adalah
kombinasi antara kebersihan lingkungan dengan perilaku.
Berikut ini diberikan tiga perilaku terpenting
yang bisa menurunkan dengan cepat jumlah kasus kejangkitan penyakit malaria:
1)
Pemberantasan
sarang nyamuk, terutama kerja bakti rutin untuk menimbun genangan air di
sekitar rumah, baik di selokan maupun kubangan;
2)
Meniadakan
tempat peristirahatan nyamuk, diusahakan tidak ada baju baju yang digantung dan
juga membersihkan semak semak di sekitar rumah
3)
Menghindari
gigitan nyamuk, baik di dalam rumah dengan memakai kelambu saat tidur maoupun
memakai baju tertutup saat keluar rumah pada malam hari. Sebaiknya frekuensi
keluar rumah di malam hari dikurangi.
8. Bagaimana caranya meningkatkan kesadaran akan
hidup sehat
Kesadaran aken hidup sehat akan muncul jika
orang dapat menjelaskan bagaimana penyakit terbawa masuk ke dalam lingkungan
mereka melalui perilaku hidup mereka sendiri. Panduan ini dibuat berdasarkaon
asas bahwa orang dapat dan harus mengerti bagaimana cara penularan penyakit
malaria, dan pengertioan ini seloanjutnya akan memberi inspirasi kepada mereka
untuk merubah perilaku.
Jika masyarakat sudah mengerti bagaimana
terjadinya proses penularan, masyarakat sendiri akan mengetahui caranya memasang
hambatan pada lintasannya. Baik di dalam rumah tangga sendiri maupun di dalam
masyarakat, mereka akan mulai mempertimbangkan manfaat dan mudarat atas
pemasangan hambatan tersebut. Seberapa besarkah biaya (uang maupun waktu) yang
harus dikeluarkan untuk itu? Akan bermanfaatkah tindakan itu? Apakah tindakan
itu pantas dilaksanakan? Tiga kegiatan dalam panduan ini dirancang untuk
membentuk pemahaman ini, yakni Perilaku yang baik dan kurang baik terhadap
kesehatan yang membantu orang untuk meninjau kebiasaan kebiasaan mereka pada
saat ini, sedangkan Bagaimana terjadinya penyebaran penyakit dan menghambat
penyebaran penyakit membantu mereka untuk memahami bagaimana proses terjadinya
penyebaran dan bagaimana caranya menghambatnya.
Asas lain adalah pengembangan kebijaksanaan
masyarakat untuk membuat mereka bersedia mengevaluasi perilaku kesehatan mereka
pada saat ini serta sarana sarana apa yang mereka pergunakan sehubungan dengan
perilaku tersebut dan kesediaoan ini pada akhirnya diarahkan menuju kemauan untuk
sedikit demi sedikit merubah perilaku yang dianggap kurang baik.
Caranya adalah dengan melakukan perubahan
setapak demi setapak, dan menjaga agar tidak buru buru maju ke langkah
berikutnya. Sebelum yang langkah awal selesai (dan terjamin kesinambungannya).
Kegiatan pemilihan perbaikan sanitasi memberikan gambaran kepada anda bagaimana
proses penentuan lang kah langkah dalam perubahan perilaku hidup bersih don
sehat.
Melalui metode partisipasif dan pemahaman yang
lebih luas tentang kaitan antara kesehatan dan kesejahteraan dan pengembangan
masyarakat, suatu komunitas akan menjadi demikian terpanggilnya untuk
melaksanakan suatu rencana perbaikon terhadap situasi kesehaton lingkungannya.
2.7 PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
1. Penyakit Demam Berdarah Dengue dan cara
penularannya
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan
salah satu masalah kesehatan Masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat
jumlah penderitanya serta semakin meluas penyebarannya sejalan dengan
meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk.
Penyakit ini sering menimbulkan kekhawatiran
mosyarakat karena perjalanan penyakitnya cepat dan dapat menyebabkan kematian
dalam waktu yong singkat serta dapat menimbulkan kejadian luar biasa.
Penyakit DBb ini ditularkan oleh nyamuk Aedes
yakni Aedes aeqypti (penular yang utama) dan Aedes albopictus/nyamuk kebun
(penular sekunder). Umur nyamuk berkisar dari 2 minggu sampai 3 bulan yang
tergantung pada kondisi lingkungan. Kemampuan terbang nyamuk 40-100 meter.
Tempat berkembang biak nyamuk Aedes ini adalah
: tempat penampungan air (TPA) buatan manusia baik di luar maupun di dalam
rumah seperti bak mandi, bak WC, tempayan, drum, tempat minum burung, pot
tanaman, vas bunga, ban bekas, kaleng bekas, plastik bekas dan sebagainya.
Selain itu juga dapat berkembang biak di lingkungan alami seperti: lubang
pohon, pelepah daun yang dapat menampung air hujan dan sebagainya.
Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti telur jentik
kepompong nyamuk. Stadium telur, jentik dan kepompong hidup dalam air.
Pada 2 hari setelah±umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam
waktu telur terendam dalam air. Stadium
jentik berlangsung 6 8 hari, stadium kepompong (pupa) antara 2 4 hari.
Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk dewasa 9 14 hari.
Bila penderita digigit nyamuk penular virus
dalam darah akan ikut terisap masuk ke dalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus
memperbanyak diri dan tersebar di berbagai joaringan tubuh nyamuk termasuk di
dalom kelenjar liurnya. 1 minggu setelah mengisap darah penderita nyamuk siap
untuk menularkan kepada orang lain. Virus akan tetap berada dalam tubuh nyamuk
sepanjang hidupnya, sehingga nyamuk tersebut akan menjadi penular sepanjang
hidupnya. Penularan terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit, sebelum
menghisap darah akan mengeluarkon air liur melalui saluran alat tusuknya, agar
darah yang diisap tidak membeku, bersama air liur inilah virus dengue
dipindahkan dari nyamuk ke orang lain.
Penularan penyakit DBD dapat terjadi di semua
tempat yong terdapat nyamuk penularannya. Lokasi / tempat yang potensial untuk
terjadi penularan DBD adalah : 1) Wilayah yang banyak kasus DBD / daerah rawan
atau endemis; 2) Tempat tempat umum antara lain : Sekolah, Rumah Sakit,
Puskesmas, Hotel, dsb; 3). Permukiman baru.
Sebagaimana diketahui bahwa cara
pencegahan/pemberantasan penyakit ini adalah dengan memberantas nyamuk
penularnya (Aedes aegypti) dan jentik nyamuk Aades aegypti karena vaksin untuk
mencegah dan obat untuk membasmi virusnya belum ada. Oleh karena itu salah satu
kebijakan pelaksanaan pemberantasan DBD adaclah memprioritaskan kepada upaya
mencegah penyebaran/penularan penyakit DBD melalui penyuluhan dan penggerakan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) tanpa mengabaikan tindakan kewaspadaan dini
untuk mencegah Kejadian Luar Biasa DBD.
Pemberantason terhadap nyamuk penular DBD
dengan melakukan fogging/ penyemprotan, yong dilaksanakan guna menghambat
penyebaran penyakit. Fogging dilakukan pada kegiatan Fogging Fokus dan Kejadian
Luar Binsa (KLB). Sedangkan pemberantasan terhadap jentiknya dilakukan dengan
Pemberantasan Sarong Nyamuk (PSN) melalui Gerakan 3 M yakni : 1) Menguras
tempat penampungon air (TPA) seminggu sekali; 2) Menutup TPA dan 3) Mengubur
barang barang bekas yang dapat menampung air misal : kaleng, ban bekas, wadah
plastik dsb.
2. Mengapa Demam Berdarah Dengue dianggap penyakit
berbahaya?
Penyakit DBD dapat menyerang semua umur dan
semua orang, sampai saat ini penyakit DBD lebih banyak menyerang anak anak,
tetapi dalam dekade terakhir terlihat adanya kecenderungan kenaikan penderita
pada orang dewasa. Dapat menimbulkan kematian apabila tidak cepat ditangani
dengan tepat.
3. Apakah penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue?
Penyebab penyakit DBD adalah Virus Dengue. Ada
4 serotype virus dengue yakni DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4. Di Indonesia
serotype DEN 3 merupakan serotype yang paling banyak ditemukan dan sangat
berhubungan dengan kasus berat.
Seseorang yang didalam darahnya mengandung
virus dengue merupakan sumber penularan penyakit demam berdarah dengue. Virus
dengue berada dalam darah selama 4 7 hari mulai 1 2 hari sebelum demam. Masa
inkubasi penyakit DBD diperkirakan ± 7 hari.
4. Apa tanda tanda seseorang menderita penyakit
Demam Berdarah Dengue?
Beberapa tanda seseorang yang terinfeksi virus
dengue :
1)
Mendadak
panas tinggi selama 2 7 hari , tampak lemah & lesu,
2)
Bintik
bintik merah pada kulit, seperti gigitan nyamuk,
3)
Kadang
kadang, perdarahan di hidung,
4)
Kadang
kadang berak/muntah darah,
5)
Kadang
kadang nyeri ulu hati,
6)
Bila
sudah parah, ujung tangan dan kaki dingin berkeringat, masuk ke dalam keadaan
syok
5. Apa yang dilakukan terhadap penderita Demam
Berdarah Danque?
1)
Beri
minum sebanyak banyaknya (air putih, susu, teh dan lain lain)
2)
Berikan
kompres air dingin/panas,
3)
Berikan
obat penurun panas (parasetamol)
4)
Segera
dibawa ke sarana kesehatan, dokter atau petugas kesehatan lainnya.
6. Bagaimana mencegah agar tidak terjangkit Demam
Berdarah Denque?
1)
Menguras
bak-bak mandi minimal 1 minggu sekali
2)
Menutup
rapat tempat penampungon air
3)
Mengganti
air vas bunga/tanaman air 1 minggu sekali
4)
Mengganti
tempat air minum burung
5)
Menimbun
barang bekas yang dapat menampung air
6)
Menaburkan
bubuk abate/altosid pada tempat penampungaon air
7)
Memelihara
ikan di tempat penampungan air
8)
Menghindari
gigitan nyamuk dengan kelambu; repellant pakaian pelindung seperti lengan
panjang;
9)
Membunuh
nyamuk dengan obat nyamuk semprot; obat nyamuk bakar; obat nyamuk elektrik; dan
obat nyamuk koil.
7. Apa yang harus diwaspadai terhadap kemungkinan
penularan?
1)
Bila
musim hujan penyakit DBD sering timbul karena banyak benda diluar rumah yang
menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti
2)
Bila
ditemukan jentik Aedes aegypti ditempat penampungan air
3)
Bila
ada rumah kosong (tidak dihuni) seringkali merupakan tempat bersarangnya nyamuk
Aedes aegypti
4)
Bila
ada warga yang sakit DBD karena dapat menular kepada orang lain
8. Apa yang dilakukan tokoh masyarakat/kader dalam
mencegah demam berdarah dengue?
1)
Memberikan
informasi dan penyuluhan kepada warga tentang penyakit ini
2)
Membentuk
kelompok kegiatan 3 M (menutup, menimbun dan mengubur) di sekitaor tempat
tinggalnya
3)
Mengajak
masyarakat untuk melakukan kerja bakti dilingkungannya secora berkala
4)
Menggerakkan
kelompok dasa wisma untuk melaksanakan kunjungan rumah secara berkala untuk
memeriksa jentik Aedes aegypti
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesehatan adalah hal
mutlak yang harus diperhatikan untuk kemajuan suatu bangsa selain pendidikan
dan ekonomi. Derajat kesehatan masyarakat sangat ditentukan oleh berbagai
faktor yang saling mendukung satu sama lain mulai dari lingkungan, perilaku
masyarakat, pelayanan kesehatan hingga genetika yang ada di masyarakat
Mencegah penyakit
berarti menggunakan pengetahuan kita yang muthakir sebaiknya mungkin untuk
membina (promote) mencegah penyakit dan ketidakmampuan, dan memperpanjang umur
sebagaimana yang di maksud dalam definisi’public Health’menurut winslow 1920.
Tindakan pencegahan
yang dapat dilakukan baik pada fase prepatogenesis yaitu sebelum mulainya
proses penyakit, maupunpase pathogenesis yaitu sesudah memasuki proses
penyakit.
3.2 Saran
1.
Supaya tenaga
kesehatan dapat melakukan tindakan dengan tanggap dan bijaksana dalam
upaya-upaya pencegahan penyakit
2.
Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi penulis dan mahasiswa kebidanan .
3.
Dapat terjaganya
kesehatan ibu dan anak.
Pertanyaan
1.
Urutkan yang
benar 3 tahap pencegahan penyakit yang utama?
a. Pencegahan
primer, sekunder,tersier
b. Pencegahan
tersier, sekunder, primer
c. Pencegahan
sekunder, primer, tersier
d. Pencegahan
primer, tersier, sekunder
Jawab
:
A. Pencegahan,
primer,sekunder , tersier
2.
Dalam
epidemiologi upaya-upaya yang dilakukan untuk pencegahan penyakit?
Jawab
:
a. Upaya
penemuankasus (case finding) baik secara aktif maupun pasif
b. Screening,
baik masal maupun selektif
c. Pemeriksaan
khusus dan berkala terutama tertuju kepada kelompok yang beresiko tinggi
MAKALAH
ILMU KESEHATAN
MASYARAKAT(IKM)
PENCEGAHAN PENYAKIT YANG
BERKAITAN DENGAN KESEHATAN IBU DAN ANAK
OLEH:
LARA ANGGRAINI
11211125
Dosen pembimbing:
Ety Aprianti, SKM
STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG
PRODI DIII KEBIDANAN
2012/2013
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr.wb`
Alhamdulillah dan segala puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga makalah
ini yang berjudul “PENCEGAHAN PENYAKIT YANG BERKAITAN DENGAN KESEHATAN IBU DAN
ANAK “dapat terselesaikan dengan baik.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah IKM. Di samping itu, kami juga berharap makalah ini mampu memberikan kontribusi dalam menunjang
pengetahuan.
Penulis
sangat penyadari bahwa, penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis mengaharapkan masukan, saran dan kritik yang menunjang
untuk kesempurnan makalah ini .
Mudah-mudahan
makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan bagi siapa saja yang memerlukannaya,
amin.
Padang, April 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTA R............................................................................................ i
DAFTAR
ISI ......................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Permasalahan
....................................................................................... 4
1.3 Tujuan
.................................................................................................. 4
1.4 Manfaat
................................................................................................ 4
BAB
II PEMBAHASAN
2.1
KonsepPencegahanPenyakit................................................................. 6
2.1.1
Ruang Lingkup Kegiatan.......................................................... 8
2.1.2
Memeriksa Kesehatan Ibu Hamil
(ANC)................................. 9
2.1.3
Mengamati Perkembangan Dan
Pertumbuhan Anak
Balita........................................................................................ 10
2.1.4
Memberikan Pelayanan KB Pada
Pasangan Usia subur.......... 10
2.1.5
Pengobatan Ibu Dan Anak...................................................... 11
2.1.6
Kualitas Keluarga.................................................................... 11
2.1.7
Kualitas Pelayanan Kesehatan Ibu,
bayi, dan anak................. 11
2.1.8
Dampak Pada Bayi Dan Anak................................................. 11
2.2
Cara Penularan Dan Pencegahan
Penyakit Berkaitan
Dengan Air Dan Lingkungan.............................................................. 13
2.3
Pengertian, gejala, cara penularan
dan pencegahan penyakit.............. 16
2.4
Tinjauan Penyakit Tbc......................................................................... 18
2.5
Tinjauan Penyakit Malaria................................................................... 22
2.6
Penyakit Demam Berdarah Dengue
(Dbd).......................................... 25
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan ......................................................................................... 29
B.
Saran ................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan adalah hal
mutlak yang harus diperhatikan untuk kemajuan suatu bangsa selain pendidikan
dan ekonomi. Derajat kesehatan masyarakat sangat ditentukan oleh berbagai
faktor yang saling mendukung satu sama lain mulai dari lingkungan, perilaku
masyarakat, pelayanan kesehatan hingga genetika yang ada di masyarakat.
Lingkungan adalah salah
satu faktor yang memengaruhi derajat kesehatan tersebut. Peranan lingkungan
dalam menyebabkan timbulnya penyakit dapat bermacam-macam. Salah satunya adalah
sebagai reservoir bibit penyakit. Reservoir adalah tempat hidup yang paling
sesuai bagi bibit penyakit. Timbul atau tidaknya penyakit pada manusia
tergantung dari sifat-sifat yang dimiliki oleh bibit penyakit atau penjamu.
Berkaitan dengan
lingkungan, salah satu penyakit menular berbasis lingkungan yang masih menjadi
masalah kesehatan dan merupakan penyebab kesakitan dan kematian anak-anak di
Indonesia adalah diare. Diare hingga kini masih menjadi salah satu penyebab
utama kesakitan dan kematian. Epidemiologi penyakit diare dapat ditemukan pada
seluruh daerah geografis dunia dan kasus diare dapat terjadi pada semua
kelompok umur, tetapi penyakit berat dengan kematian yang tinggi terutama
terjadi pada bayi dan anak balita. Di negara berkembang anak-anak menderita
diare lebih dari 12 kali dalam setahun, dan menjadi penyebab kematian dengan
Case Fatality Rate 15% sampai dengan 34% dari semua kematian, kebanyakan
terjadi pada anak-anak
Hasil Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 2013 menunjukkan angka kematian akibat diare adalah
23 per 100 ribu penduduk dan pada balita adalah 75 per 100 ribu balita (Depkes
RI,2010
Menurut Depkes RI
(2008), insiden diare berkisar antara 400 kasus per 100 penduduk, di mana
60-70% di antaranya anak-anak di bawah umur 5 tahun. Setiap anak mengalami
diare rata-rata 1 sampai 2 kali setahun dan secara keseluruhan, rata-rata
mengalami 3 kali episode diare per tahun (Bela dkk, 2009).
Pada tahun 2010,
terjadi KLB di 16 provinsi dan 44 daerah tingkat dua di Indonesia, Jumlah penderitanya sebesar 10.980 dan 77
penderita meninggal dunia akibat penyakit tersebut (Depkes RI,2010).
Berdasarkan survei yang
dilakukan Bela dkk (2005), diare merupakan penyakit yang sering terjadi di
wilayah Puskesmas selama tahun 2010 dengan rincian sebagai berikut
Dari data di atas dapat
dilihat bahwa kejadian angka insidens paling tinggi terjadi di Kelurahan X pada
kelompok umur 0-5 tahun sebanyak 46,75 orang per 1000 penduduk .
Tingginya kasus diare
dapat disebabkan oleh faktor lingkungan dan perilaku masyarakat karena penyakit
diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan (Depkes RI, 2000).
Perilaku masyarakat erat kaitannya dengan tindakan pencegahan yang dilakukan
oleh masyarakat dalam meminimalisir terjadinya diare.
Beberapa ahli kesehatan
kemudian menemukan bahwa ada dua faktor penting dari keadaan lingkungan yang
memengaruhi timbulnya diare, yaitu keadaan air untuk rumah tangga dan fasilitas
jamban (Suharyono, 1980; WHO, 1985). Risiko kejadian diare dan diare berulang
lebih besar pada keluarga yang tidak mempunyai jamban keluarga, sedangkan
penyediaan jamban umum dapat menurunkan prevalensi diare daripada yang tidak
mempunyai jamban, begitu juga dengan penyediaan fasilitas air bersih sedekat
mungkin dengan pemakai dapat menurunkan risiko diare (Munir, 1983).
Dari profil Kecamatan X
diketahui bahwa 88,14 % KK di Kelurahan X masih menggunakan sumur sebagai
sumber air bersihnya, dan 1,34 % masih menggunakan air sungai. Adapun untuk
sarana jamban keluarga masih ada 3,73% KK yang belum mempunyai jamban keluarga.
Selain lingkungan,
tindakan pencegahan diare juga dipengaruhi oleh pengetahuan ibu. Berdasarkan
hasil penelitian Pratama (2008) di Bali, ibu balita yang mempunyai tingkat
pengetahuan yang rendah beresiko mengalami kejadian diare.
Menurut Handayani (2004)
pengetahuan ibu memengaruhi tindakan ibu terhadap pencegahan penyakit diare.
Pengetahuan responden yang berada dalam kategori baik berbanding lurus dengan
tindakan terhadap pencegahan.
Pengalaman atau
pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang sangat berperan dalam
menginterpretasikan suatu rangsangan yang diperoleh. Pengalaman masa lalu akan
menyebabkan terjadinya perbedaan dalam interpretasi. Sebelum seseorang
mengadopsi perilaku baru, harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku
tersebut bagi dirinya atau keluarganya (Notoatmodjo, 2008).
Menurut Wolinsky (1998)
bahwa masyarakat mengembangkan pengertian sendiri tentang sehat dan sakit
sesuai dengan pengalaman hidupnya atau nilai-nilai yang diturunkan oleh
generasi sebelumnya, maka pencegahan penyakit diare yang sering dilaporkan
terjadi akibat lingkungan yang buruk tergantung persepsi masyarakat tentang
diare. Artinya, jika diare dipersepsikan sebagai suatu penyakit tidak serius
dan tidak mengancam kehidupannya maka perilaku pencegahan akan penyakit diare
pun tidak terlalu serius dilakukan. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan
bahwa diare merupakan masalah kesehatan yang perlu diwaspadai, otomatis mereka
akan bereaksi serius terhadap penyakit ini dengan mengembangkan perilaku-perilaku
pencegahan.
Menurut Soemarno
(1995), didapatkan persepsi ibu yang salah tentang diare di Boyolali. Menurut
ibu penyebab diare ada yang langsung terhadap anak yaitu masuk angin, terlalu
lama mandi, makan makanan rasa asam (kecut), dan tidak langsung bila ibu
menyusui masuk angin atau makan makanan yang pedas-pedas, air susu menjadi
jelek dan anak menderita mencret. Tidak ada kepercayaan bahwa diare disebabkan
oleh roh halus. Sehingga persepsi ibu yang salah tentang diare dan penyebabnya
menghasilkan perilaku pengobatan diare pada anak sebagai berikut, mula-mula
ditangani sendiri dengan ramuan tradisional, bila tidak sembuh diobati dengan
pil Ciba yang dijual bebas di warung-warung yang tersebar di desa, bila tetap
belum sembuh baru dibawa ke petugas kesehatan.
Menurut Luthans (2005),
persepsi berperan penting dalam perilaku seseorang, persepsi berhubungan dengan
bagaimana individu menanggapi individu lain. Karakteristik penilai dan orang
yang dinilai menunjukkan kompleksitas persepsi sosial.
Menurut Rosenstock
dalam Muzaham (1995), kesiapan seseorang untuk melakukan suatu tindakan
ditentukan oleh pandangan orang itu terhadap bahaya penyakit tertentu dan
persepsi mereka terhadap kemungkinan akibat (fisik dan sosial) bila terserang
penyakit tersebut.
Berdasarkan data dan
hasil penelitian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul "Pengaruh persepsi ibu balita tentang penyakit diare terhadap
tindakan pencegahan diare di Kelurahan X Kecamatan X tahun 2001".
1.2 Permasalahan
Dari latar belakang di
atas peneliti mengambil kesimpulan bahwa penyakit diare khusus pada anak balita
merupakan masalah yang cukup penting hari ini mengingat angka kesakitannya yang
tinggi, dan hal tersebut tidak terlepas dari peran ibu sebagai pengasuh terdekat
dengan balita untuk melakukan melakukan pencegahan. Oleh karena itu dalam
penelitian ini dapat dirumuskan masalah apakah ada pengaruh persepsi ibu balita
tentang penyakit diare terhadap tindakan pencegahan diare
1.3 Tujuan
Tujuan untuk
menjelaskan persepsi ibu balita tentang penyakit diare terhadap tindakan
pencegahan diare
1.4 Manfaat
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 KonsepPencegahanPenyakit
Secara umum ‘pencegahan’dapat
di artikan sebagai tindakan yang dilakukan Sebelum peristiwa yang di harapkan
(atau yang di duga) akan terjadi, sehingga tidak terjadi atau dapat di hindari.
Mencegah penyakit berarti
menggunakan pengetahuan kita yang muthakir sebaiknya mungkin untuk membina
(promote) mencegah penyakit dan ketidakmampuan, dan memperpanjang umur sebagaimana
yang di maksud dalam definisi’public Health’menurut winslow 1920.
Tindakan pencegahan
yang dapat dilakukan baik pada fase prepatogenesisya itu sebelum mulainya
proses penyakit, maupun fase pathogenesis yaitu sesudah memasuki proses
penyakit.
Tindakan pencegahan dibagi
menjadi 3 tahap utama yaitu:
1.
Upayapencegahan
primer
a. Upaya
peningkatan kesehatan
Yaitu upaya pencegahan yang umumnya
bertujuan untuk meningkatkan taraf kesehatan individu, keluarga, masyarakat,
misalnya:
a) Penyuluhan
kesehtan, perbaikan gizi, penyusunan pola gizi memadai, pengawasan pertumbuhan anak
balita dan usia remaja.
b) Perbaikan
perumahan yang memenuhi syarat kesehatan.
c) Kesempatan
memperoleh hiburan sehat yang memungkinkan pengembangan kesehatan mental dan sosial.
d) Pendidikan
kependudukan, nasihat perkawinan, pendidikan
seks dan sebagainya.
e) Pengendalian
factor lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan.
b. Perlindungan umum dan khusus
Perlindungan
khusus terhadap kesehatan. Golongan masyarakat tertentu serta keadaan tertentu
yang secara langsung atau tidak langsung yang dapat mempengaruhi tingkat kesehatan.
Misalnya seperti:
a. Peningkatan
higien perorangan dan perlindungan terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan.
b. Perlindungan
tenaga kerja terhadap kerja terhadap setiap kemungkinan yang timbul akibat kerja.
c. Perlindungan
terhadap bahan-bahan beracun, korosif, allergen.
d. Perlindungan
terhadap sumber-sumber pencernaan.
2.
Upaya Pencegahan
sekunder
Bersifat
diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis andprompt treatment)
meliputi:
Mencari
kasus sedini mungkin:
a. Melakukan
general cheek up rutin pada tiap individu
b. Melakukan
berbagai survey dalam rangka pemberantasan penyakit menular.
c. Pengawasan
obat-obatan, termasuk obat terlarang yang di perdagangan bebas seperti golongan
narkotika, psikofarmaka dan obat-obat bius lainnya.
3.
Upaya pencegahan
tersier
Pencegahan
terjadinya komplikasi penyakit yang lebih parah. Bertujuan menurunkan angka kejadian
cacat fisik ataupun mental, meliputi :
a. Penyempurnaan
cara pengobatan serta perawatan lanjut
b. Rehabilitas
sempurna setelah penyembuhan penyakit (rehabilitas fisik dan mental).
c. Mengusahakan
pengurangan beban soal penderita, sehingga mencegah kemungkinan terputusnya kelanjutan
pengobatan serta kelanjuatan rehabilitas dan sebagainya.
Program
kesehatan yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak:
Komponen
yang terkait antara lain
1. Upaya
keluarga berencana
2. Upaya
perbaikan gizi
Melaksanakan
program:
a) Program
perbaikan gizi keluarga melaui kelompok-kelompok penimbangan pos pelayanan terpadu.
b) Memberikan
tambahan makanan yang mengandung protein dan kalori yang cukup terhadap anak-anak di bawah umur lima
tahun dan kepada ibu yang menyusui.
c) Memberikan
vitamin A kepada anak-anak di bawah lima tahun.
Pada
tahun 1952: Pengembangan upaya kesehatan ibu dan anak (KIA) Mulai dirintis dengan
didirikannya direktorat KIA di lingkungan kementrian kesehatan. Jumlah anak di
Indonesia 77,8 juta jiwa (Unicep, 2000) terdiri dari:
1. Bayi
sekitar 4,5 juta
2. Balita
sekitar 22 juta
3. Usia
SD sekitar 29 juta
4. Remaja
sekitar 22 juta
Dimana setiap kelompok umur masalahnya
berbeda.
Tujuan Umum:
a. Menurunkan
kematian (mortality) dan kejadian sakit, kegiatan ini bertujuan untuk menjaga kesehatan
ibu selama kehamilan, bersalin dan menyusui.
b. Meningkatkan
kesehatan anak, melalui pemantauan status gizi dan pencegahan sedini mungkin berbagai
penyakit yang bisa di cegah dengan imunisasi dasar sehingga anak dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal.
2.1.1
RUANG
LINGKUP KEGIATAN
Kegiatan KIA terdiri dari
kegiatan pokok dan integratif. Kegiatan Integratif adalah kegiatan program
lain, (misalnya kegiatan Imunisasi merupakan kegiatan pokok P2M) yang
dilaksanakan pada program KIA karena sasaran penduduk program P2M juga menjadi sasaran
program KIA.
a)
Memeriksa kesehatan
ibu hamil (ANC)
b) Mengamati
perkembangan dan pertumbuhan anak-anak balita (integrasi program gizi)
c) Memberikan
nasehat tentang makanan, mencegah timbulnya masalah gizi karena kekurangan
protein, kalori dan memperkenalkan jenis makanan tambahan (vitamin dan garam yodium),
integrasi program PKM dan gizi.
d) Memberikan
pelayanan KB kepada pasangan usia subur
e) Ibu
atau anak yang memerlukan pengobatan.
f) Memberikan
pertolongan persalinan dan bimbingan selama masa nifas.
g) Mengadakan
latihan untuk dukun bersalin.
2.1.2
Memeriksa
Kesehatan Ibu Hamil (ANC)
Memeriksa kehamilan sangatlah
penting pada ibu hamil karena pada saat ini sering terjadi anemia, kekurangan gizi.
Akibatnya yang terjadi adanya
komplikasi-komplikasi dapat dikurangi dengan di berikannya perawatan prenatal
yang baik. Perlunya pemberian pendidikan tentang gizi, asupan tablet
zatbesi/vitamin. Perannya adalah menangani komplikasi yang terjadi.
Untuk
menurunkan AKI adalah melalui 4 pilar upaya safe motherhood, dengan intervensi
yang dilakukan seperti:
a. Mengurangi
kemungkinan seseorang perempuan menjadi hamil dengan upaya keluarga berencana.
b. Mengurangi
kemungkinan seorang perempuan hamil mengalami komplikasi obstetric dalam kehamilan
dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta di tangani secara
memadai melalui pelayanan antenatal.
c. Persalinan
yang bersih dan aman adalah memastikan bahwa semua penolong persalinan mempunyai
pengetahuan, keterampilan dan alat untuk memberikan pelayanan nifas bagi ibu dan
bayi.
d. Mengurangi
Kemungkinan komplikasi persalinan yang berakhir dengan kematian atau kesakitan melalui
pelayanan obstetric esensial komprehensif (PONEK).
Kebijakan program
kunjungan pemeriksaaan kehamilan dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan,
sesuai WHO yaitu:
1.
Satu kali pada
trimester pertama
2.
Satu kali pada
trimester kedua
3.
Dua kali pada
trimester ketiga.
Pelayanan atau asuhan standar
yang diberikan pada pemeriksaan kehamilan adalah7T :
1)
Timbang berat badan.
2)
Ukur tekanan darah.
3)
Ukur tinggi
fundus uteri.
4)
Pemberian imunisasi
TT lengkap.
5)
Pemberian tablet
besi selama kehamilan.
6)
Tes terhadap penyakit
menular seksual.
7)
Temu wicara dalam
rangka persiapan rujukan.
Asuhan pada ibu hamil secara kesuluruhan meliputi aspek-aspek berikut
ini,yaitu:
a.
Mengupayakan kehamilan
yang sehat.
b.
Melakukan deteksi
dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan jika diperlukan.
c.
Mempersiapkan persalinan
yang bersih dan aman.
d.
Persiapan secara
dini untuk melakukan rujukan, bila terjadi komplikasi.
2.1.3
Mengamati
Perkembangan Dan Pertumbuhan Anak Balita.
Ruang lingkup kegiatan:
a.
Memantau pertumbuhan
anak melalui penimbangan anak secara rutin setiap bulan di puskesmas atau posyandu.
b.
Memberikan penyuluhan
gizi kepada masyarakat pemberian makanan tambahan (PMT) dilakukan melalui demontrasi
pemilihan bahan makanan yang bergizi dan cara masaknya.
c.
Pemberian
vitamin A, tablet zat besi untuk ibu hamil, susu, pemberian obat cacing untuk anak
yang kurang gizi.
2.1.4
Memberikan
Pelayanan KB Pada Pasangan Usia subur
Tujuan: menurunkan angka
kelahiran dan meningkatkan kesehatan ibu. Ruang lingkup kegiatan
a. Mengadakan
penyuluhan KB baik di Puskesmas dan posyandu kegiatan ini adalah untuk memberikan
konseling untuk PUS.
b. Menyediakan
alat-alat kontrasepsi
c. Menjelaskan
fungsi dan efek samping alat kontrasepsi.
2.1.5
Pengobatan
Ibu Dan Anak
Tujuan: Memberi pengobatan dan perawatan
di Puskesmas.
Ruang lingkup kegiatan:
a.
Menegakkan
diagnose, memberikan pengobatan untuk penderita yang berobat jalan atau pelayanan
rawat tinggal di Puskesmas.
b.
Mengirim
(merujuk) penderita sesuai dengan jenis pelayanan yang di perlukan.
c.
Menyelenggarakan
puskesmas keliling.
2.1.6
Kualitas
Keluarga
1.
Pendidikan
2.
Usia pernikahan
/perencanaan keluarga
3.
Kedudukan wanita
dalam keluarga
4.
Perilaku bersih dan
sanitasi lingkungan pemukiman, seperti:
a) Sumber
air bersih.
b) Tempat
buang sampah.
c) Ventilasi
rumah.
5.
Kemiskinan.
6.
Hambatan geografis,
Jarak yang jauh.
2.1.7
Kualitas
Pelayanan Kesehatan Ibu, bayi, dan anak
1.
Pelayanan untuk ibu
hamil dan bayi.
2.
Persalinan
3.
Posyandu
4.
BKB, TPA, TK,
jangkauannya masih kecil.
2.1.8
Dampak
Pada Bayi Dan Anak
1.
BBLR ( Berat badan
bayi lahir rendah).
2.
Perawatan tali pusat
masih tradisional.
3.
Tidak di bawa ketenaga
kesehatan sebelum satu satu bulan.
4.
Status
gizibayidananak
5.
Kekurangan
Vitamin A
6.
Anemia
7.
Kekuranganyodium
Upaya- upaya yang di lakukan untuk meningkatkan atau pencegahan penyakit:
1. Langsung
pada bayi atau anak
a. Pertolongan
persalinan dan bayi baru lahiroleh tenaga kesehatan di sarana kesehatan.
b. Pencegahan
dan penanggulangan penyakit menular.
c. Program
perbaikain gizi: penggunaan ASI.
d. Stimulasi
dini : psikomotor, gerak, lincah.
e. Pemantuan
tumbuh kembang
2.
Melalui ibu
a. Memperbaiki
status gizi ibu.
b. Meningkatkan
pendidikan ibu.
c. Meningkatkan
dan keterampilan.
d. Kesehatan
ibu.
e. Persalinan
yang aman
f. Perawatan
bayi dan balita
g. Prilaku
bersih: cuci tangan.
3.
Melalui keluarga
a. Meningkatkan
pendidikan ayah.
b. Meningkatkan
keterampilan ekonomi keluarga.
c. Meningkatkan
pengetahuan sikap dan sikap ayah seperti: perencanaan keluarga (jumlah anak),
perawatan kehamilan ,perawatan bayi dan
balita.
Dalam epidemiologi dan
program- program pemberantasan penyakit menular di kenalkan upaya-upaya yang
antara lain sebagai berikut:
a.
Upaya penemuan
kasus ( case finding ), baik secara aktif maupun pasif.
b.
Screning, baik
masal maupun selektif .
c.
Pemeriksaan
khusus dan berkala ( periodic selective examination) terutama tertuju kepada
kelompok resiko tinggi.
SASARAN
KESEHATAN MASYARAKAT
Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat
adalah individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat agar tercapai derajat
kesehatan yang optimal melalui upaya promotif, preventif,kuratif,
rehabitatatif.
Sesuai kompetisi klionis kebidanan,
bahwa sasaran pelayanan kebidanan di masyarakat adalah remaja, wanita pra
hamil, ibu bersalin,ibu nifas, ibu menyusui, akseptor KB, masa
klimakterium,menopause,periode maternal dengan gangguan system reproduksi
ringan. Sehingga pelayanan kesehatan masyarakat yang dilakukan oleh bidan
adalah sesuai kompetensi klinis, dan kewenagan yang diberikan kepada bidan
dalam menjalankan praktiknya di masyarakat.,
2.2 Cara Penularan Dan Pencegahan Penyakit Berkaitan
Dengan Air Dan Lingkungan
Di
Indonesia terutama di daerah pedesaan penyakit yang penularannya berkaitan
dengan air dan lingkungan masih merupakan masalah bagi masyarakat, sering
merupakan penyakit endemis di suatu wilayah dan kadang-kadang timbul sebagai
letusan penyakit dan bahkan dapat menimbulkan wabah penyakit.
Akibatnya
produktivitas masyarakat menurun karena banyak kehilangan waktu bekerja karena
sakit, bertambahnya pengeluaran biaya untuk pengobatan dan perawatan penderita,
sehingga potensi untuk menabung menurun. Hal tersebut mengakibatkan
terhambatnya pembangunan di daerah pedesaan karena masyarakat tidak mampu untuk
melakukan investasi pembangunan.
Pada
umumnya masyarakat belum menyadari bahwa penularan penyakit dipengaruhi dua
faktor penting yaitu perilaku dan kondisi lingkungan masyarakat sendiri.
Masyarakat belum mengerti akan hubungan antara kesehatan dengan perilaku dan
kondisi lingkungan. Di daerah pedesaan masih banyak masyarakat yang mempunyai
perilaku buang air besar di tempat terbuka, menggunakan air dari sarana yang
tidak memenuhi syarat kesehatan misalnya menggunakan air dari sungai untuk
minum dan masak.
Dengan
melakukan perilaku praktis sehari-hari, misalnya cuci tangan dengan benar,
yaitu dengan menggunakan sabun dan air yang mengalir serta kapan mereka harus
cuci tangan, merubah kebiasaan buang air besar di tempat terbuka menjadi
perilaku buang air besar di jamban, menjaga kualitas air dan mencegah
terjadinya pencemaran air, mulai dari sumber air, cara pengambilan air, cara
pengangktan air, cara penyimpanan air, sehingga masyarakat dapat menggunakan
air secara hygienis, sudah dapat mencegah terjadinya penularan penyakit.
Perilaku praktis tersebut yang belum membudaya di masyarakat.
Agar
para fasilitator masyarakat yaitu tokoh masyarakat, tokoh agama, guru sekolah,
pengurus organisasi masyarakat seperti Tim Kerja Masyarakat, Badan Pengelola,
dan lain-lain, mampu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahayanya
penyakit menular, memberikan motivasi cara pencegahan penyakit, sehingga
masyarakat mempunyai perilaku praktis untuk meningkatkan kualitas lingkungan
dan cara pencegahan penyakit, maka para fasilitator tersebut perlu memahamai epidemiologi
sederhana beberapa penyakit yang masih merupakan masalah bagi masyarakat.
2.3 Konsep dasar penting pemberdayaan masyarakat tentang
cara pencegahan penyakit.
1.
Masyarakat Memahami Penyakit yang menjadi Masalah.
Kesadaran masyarakat
akan timbul tentang masalah penyakit apabila masyarakat mendiskusikan penyakit
yang seing mereka derita, yaitu siapa atau anggota keluarga yang sering
menderita penyakit, jenis penyakit apa yang sering di derita, dan kemana
biasaya mencari pertolongan pengobatan.
Hampir semua penyakit
yang penularnnya berkaitan dengan air dan lingkungan, kuman keluar dari tubuh
manusia melalui tinja kemudian kuman tersebut masuk kedalam tubuh manusia
melalui mulut.
Kesadaran masyarakat
akan hidup sehat untuk mencegah terjadinya penularan penyakit akan timbul
apabila masyarakat memahami bagaimana kuman penyakit tersebut terbawa kedalam
lingkungan dan masuk kedalam tubuh manusia.
Untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang alur penularan penyakit tersebut, dengan cara :
a.
Masyarakat melalui diskusi kelompok memepelajari
bagaimana terjadinya alur dari kuman yang keluar dari tubuh manusia kemudian
masuk kedalam lingkungan dan kemudian masuk kedalam tubuh orang yang akan
ditulari.
b. Agar
masyarakat mampu mndiskusikan alur penularan penyakit tersebut perlu
difasilitasi oleh fasilitator masyarakat, dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan bukan dengan cara menggurui.
c. Agar
fasilitator mampu memfasilitasi masyarakat, maka fasilitator harus mengetahui
diagram alur penularan dari masing-masing penyakit menular.
Contoh sederhana alur penualaran penyakit diare yang digambarkan dengan diagram 5 F, sangat memudahkan bagi fasilitator untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang terjadinya alur kontaminasi penyakit diare.
2.
Masyarakat dapat Mengidentifikasi Faktor-Faktor yang
menyebabkan terjadinya Penyebaran Penyakit di Wilayah Mereka.
Penyakit menular
terjadi karena ada alur lingkaran dari tiga faktor utama yaitu penyebab
penyakit [agent], lingkungan yang merupakan perantara antara penyebab penyakit
dengan orang yang ditulari, dan orang yang akan ditulari penyakit. I
Penyebab penyakit
berasal dari sumber penyakit yaitu para penderita penyakit yang dalam tubuhnya
mengandung kuman penyakit. Kuman penyakit tersebut keluar dari tubuh manusia
melalui pintu keluar misal bersama tinja.
Kuman penyakit yang keluar bersama tinja, karena perilaku masyarakat buang air besar di tempat terbuka, akhirnya mencemari lingkungan misalnya air pada sarana air bersih. Apabila air tersebut diminum oleh seseorang, maka melalui air tesebut bibit penyakit masuk ke dalam tubuh manusia, dan mengakibatkan timbulnya penyakit.
Untuk membantu
masyarakat dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
penyebaran penyakit di suatu wilayah mereka, dilakukan melaui transect walk
untuk mengunjungi kondisi lingkungan dan diskusi.
Dengan melalui
transect walk dan diskusi, masyarakat dapat mengidentifikasi kondisi lingkungan
kaitannya dengan perilaku masyarakat sendiri. Melalui transect walk dan diskusi
masyarakat dapat mengidentifikasi perilaku apa yang menyebabkan terjadinya
penularan penyakit, dapat mengidentifikasi kondisi lingkungan dan kondisi
sarana yang memungkinkan terjadinya penularan penyakit.
Sebagai contoh
masyarakat dapat mengidentifikasi tempat-tempat terbuka yang masih digunakan
untuk buang air besar dan pembuangan tinja bayi dan balita, sumber air yang
belum ditingkatkan [belum memenuhi syarat] yang masih digunakan untuk memenuhi
kebutuhan minum dan masak, dan lain-lain.
3.
Masyarakat memahami bagaimana Cara Menghambat Alur
Penularan Penyakit.
Untuk membantu masyarakat dapat memilih opsi kegiatan tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan untuk menghambat agar tidak terjadi penularan penyakit, dengan cara :
a.
Bagaimana merubah perilaku buruk yang selama ini dilakukan
menjadi perilaku hidup bersih dan sehat yang dapat dilakukan setiap hari.
b.
Sarana apa yang harus dibuat sendiri oleh masyarakat
untuk membantu agar dapat melakukan perilaku hidup bersih dan sehat [misal
meyediakan tempat cuci tangan, membuat jamban sederhana dll].
c.
Sebagai contoh untuk menghambat alur penularan
penyakit diare, dapat dilakukan melalui melaksanakan emapt kunci perilaku hidup
bersih dan sehat, yaitu merubah perilaku buang air besar di tempat terbuka
menjadi di jamban, merubah perilaku pembuangan tinja bayi dan balita di tempat
terbuka menjadi di jamban, cuci tangan dengan benar serta meningktkan kualitas
airdan mencegah terjadinya pencemaran air.
4.
Metoda PHAST [Participatory Hygine and Sanitation
Tranformation].
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang perlunya melakukan tindakan-tindakan yang harus dilakukan oleh masyarakat sendiri dalam rangka mencegah terjadinya penularan penyait, dilaksanakan dengan metoda PHAST. Dengan menggunakan metoda PHAST, dapat meningkatkan :
a.
Partisipasi masyarakat [mendorong setiap individu
dalam proses diskusi tanpa memandang usia, jenis kelamin, kelas sosial dan
latar belakang pendidikan], mendorong keikut sertaan perempuan, dan saling
belajar antara sesama anggota masyarakat.
b.
Pemberdayaan masyarakat [menambah rasa percaya diri
dan rasa tanggung jawab, mudah dilakukan dan sasana menyenangkan].
c.
Perubahan perilaku, yaitu memperbaiki dan merubah
perilaku buruk yang beresiko terhadap kesehatan menjadi memperbaiki dan
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat. Dalam rangka mendorong usaha
pencegahan penyakit.
d.
Mendorong masyarakat untuk mengelola dan menggunakan
sarana lingkungan dengan baik [sarana air bersih dan sarana sanitasi].
e.
Meningkatkan pengetahuan tentang hubungan perilaku
dan lingkungan dengan status kesehatan.
f.
Meningkatkan kemandirian masyarakat akan
melaksanakan pengelolaan peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, serta
pengelolaan sarana kesehatan lingkungan khususnya sarana air bersih dan sarana
sanitasi.
2.4 Pengertian, gejala, cara penularan dan pencegahan
penyakit.
1.
PENYAKIT DIARE
a.
Penyakit diare dan penyebarannya
Diare
biasanya disebabkan oleh makanan atau minuman yang tercemar kuman yang berasal
dari tinja. Anak kecil bisa mencret setelah disuapi makanan dengan tangan yang
kotor, atau setelah memasukkon barang yang kotor kedalam mulutnya. Diagram pada
halaman … memperlihatkan lintason yong biasa dilalui kuman diare hingga
mencapai manusia : lewat jori (fingers), lalat/serangga (flies), ladang/kebun
(fields), makanan (food) atau langsung ke mulut.
b.
Penyebab diare
1)
Kuman yang terdapat dalam tinja masuk kedalam mulut
2)
Kuman kuman tersebut dapat disebarkan melalui
makanan dan oleh tangan atau benda yong kotor
3)
Contohnya, anak anak akan terserang penyakit diacre
jika ibunya memberinya makanan dengan tangan yang kotor atau kukunyo tidak
dibersihkan
4)
Cacar air dan beberapa jenis penyakit lainnya
c.
Diare mengakibatkan anak anak dan orang dewasa
kehilangaon terlalu banyak cairan tubuh dan pada akhirnya mengakibatkan
kemation.
d.
Diare jika bisa mengakibatkan masalah kekurangan
gizi menjadi semakin parah karena ;
a)
Gizi makanan terbuang dari dalam tubuh
b)
Gizi dipakai untuk menyembuhkon jaringan yong rusak
sehingga proses pertumbuhan menjadi terhambat
c)
Biasanya para Ibu tidak memberi makanan kalau
anaknya sedang menderita diare
5.
Apakah tanda tandanya seseorang menderita penyakit
diare?
a.
Jika seseorang sedang terkena diare maka tinjanya
lebih cair dari biasanya dan terkadang juga mengandung darah
b.
Dalm waktu 24 jam seseorang paling tidak tiga kali
buang air
6.
cara perncegahan diare:
a.
Penderita diberi minum yang banyak
Beri
salah satu dari minuman berikut :
a)
ASI
b)
Oralit
c)
Air bersih (telah dimasak)
d)
Kuah sup, air tajin, yoghurt
e)
Sari buah, teh encer, air kelapa
b.
Beri makon
c.
Minta bantuan tenaga medis, jika gejala tidak
berkurang
7.
Tindakan yang di lakukan untuk pencegahan penyakjit
diare:
a.
Tinja harus dibuang di tempat yang amon, terutama
kotoran dari mereka yang terkena gejala diare
b.
Cuci tangan setelah buang air besar atau membersihkan
tinja, sebelum makan, Menyuapi anak, atau menyiapkan makanan
c.
Menjaga agar air minum terbebas dari kontaminasi
bahan bahan tinja, baik di rumah ataupun di sumbernya.
8.
Pencegahan Penyebaran
Upaya yang dilakukan oleh
masyarakat untuk mencegah berlangsungnny penyebaran penyakit diare adalah
dengen memasang penghambat pada lintasan penyebaran kuman penyebabnya.
Pencegahan don penyebaran yang paling baik adalah kombinasi antara sarana
dengan perilaku. Dibawah ini diberikan tiga perilaku terpenting yang bisa
menurunkon dengan cepat jumlah kasus kejangkitan penyakit diare :
a)
Pembuangan tinja di tempat yang aman, terutama yang
berasal dari penderita diare, baik penderita bayi, anak ataupun dewasa;
b)
Cuci tangan setelah buang air besar, setelah
membersihkan kotoran bayi, sebelum makan, menyuapi atou menyiapkan makanan;
c)
Menjaga agar air minum terbebas dari pencemaran,
baik di rumah maoupun dii sumbernya.
2.5 Tinjauan Penyakit Tbc
1.
Penyakit TBC dan penyebarannya
Tuberkulosis
(TBC) adalah suatu penyakit menular yang sebagian besar disebabkan oleh kuman
TBC (Mycobacterium Tuberchulosis). Kuman tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh
manusia melalui udara pernafasan ke dalam paru paru. Kemudian kuman tersebut
menyebar dari paru ke bagian tubuh lain melalui sistem peredaran darah, sistem
saluran limfe melalui saluran nafas (bronchus) atau penyebaran langsung ke
bagian-bagian tubuh lainnya
TBC bukan
penyakit keturunan, tapi penyakit yang disebabkan oleh kuman. TBC dapat
ditularkan dari orang ke orang lain. Namun tidak semua penderita TBC berpotensi
menularkan penyakit pada orang lain.
Banyak faktor
yang berperan dalam penularan penyakit TBC. Ada penderita dengan jumlah basil
tuberkulosis yang sangat banyak di dalam paru parunya, bahkan sampai jutaan.
Tetapi ada juga penderita dengan jumlah basil relatif sedikit, bahkan pada
pemeriksaan pembiakan tidak ditemukan basil tersebut. Hal ini bukan berarti
tidak ade basil tuberkulosis di dalam poru paru penderita tersebut. Basil tetap
ada, namun karena jumlahnya yang sedikit sehingga tidak terdeteksi pada
pemeriksaan laboratorium. Jika jumlah basil sedikit, maka kemungkinan penularan
lebih kecil.
2.
Kuman Tuberkulosis :
Kuman
Tuberkulosis berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam
pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA).
Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapot bertahan
hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman
ini dapat tertidur lama selama beberapa tahun.
3.
Cara Penularan
1)
Sumber penularan adalah dahak penderita TBC
yang di dalamnya mengandung kuman TBC
2)
Jika dalam dahak seseorang ditemukan kuman TBC,
berarti orang tersebut pasti menderita penyakit TBC yang sangat menular.
3)
Penularan penyakit TBC terjadi dari orang ke
orang lain bukan melalui serangga, transfusi darah, air susu ibu ataupun
melalui alat makan minum penderita
4)
Pada waktu batuk atau bersin, penderita
menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet
mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam.
5)
Penularan terjadi jika seseorang menghirup
udara yang mengandung kuman TBC.
6)
TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki
laki, perempuan, miskin, kaya), meskipun golongan darahnya berbeda dengan
penderita.
4.
TBC dianggap penyakit berbahaya karena:
Penyakit TBC
sangat berbahaya karena kuman TBC dalam tubuh sulit untuk diobati. Bila
penderita tidak tuntas minum obat, TBC bisa menyebabkan penyakit TBC yang
menahun karena kuman TBC akan menjadi kebal akibat pengobaton yang tidak
tuntas. Pada anak anak mengidap penyakit TBC yang menahun dapat menyebabkan
kecacatan fisik, sekaligus dapat menyebabkan kematian baik pada anak-anak
maupun pada orang dewasa.
5.
Tanda tandanya seseorang menderita penyakit TBC
1)
Gejala Utama
Batuk terus-menerus dan berdahak selama 3
(tiga) minggu atau lebih
2)
Gejala Umum TBC pada anak
a)
Berat badan turun selama 3 bulan berturut turut
tanpa sebab yang jelas dan tidak naik dalam 1 bulan meskipun dengan penanganan
gizi yang baik
b)
Nafsu makan tidak ada dengan gagal tumbuh den
berat badan tidak naik
c)
Demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas
(bukan tipus, malaria, atau infeksi saluran nafas akut), dapaot disertai
keringat malam.
d)
Batuk lama lebih dari 30 hari, tanda cairan di
dada dan nyeri dada
e)
Diare berulang yang tidak sembuh dengan
pengobatan diare, benjolan di abdomen, dan tanda cairan dalam abdomen
3)
Gejala tambahan yang sering dijumpai
a)
Dahak bercampur darah
b)
Batuk darah
c)
Sesak nafas dan rasa nyeri dada
d)
Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan
turun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa
kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan.
6.
Tindakan yang dilakukann terhadap penderita TBC
Penting
diperhatikan bahwa bila pada anak dijumpai gejala di atas, dan gejala berupa
kejang, kesadaran menurun, kaku kuduk, benjolan di punggung, maka ini tanda
tanda bahaya. Anak tersebut harus segera dibawa ke pelayanan kesehatan
terdekat, baik Pustu, Puskesmas, dan Rumah Sakit.
7.
Pengobatan penderita TBC
1)
Pengobatan penderita diberikan sesuai dengan anjuran
petugas kesehatan.
2)
Pengobetan dilakukan dengan dua tahap yaitu
tahap awal dan lanjutan
3)
Padoa tahap awal, satu papan obat (blister)
diminum sekaligus setiap hari. Lama pengobatan tahap awal diberikan 2 atau 3
bulan tergantung berat ringannya penyakit.
4)
Pada tahap lanjutan, satu papan obat diminum
sekaligus 3 kali seminggu. Lama pengobatan tergantung berat ringannya penyakit.
8.
Kemana penderita bisa berobat?
1)
Puskesmas
2)
Balai Pengobatan Penyakit Paru paru (BP4)
3)
Rumah sakit
4)
4Klinik dan dokter praktek swasta
9.
Akibat minum obat tidak teratur dan tidak
tuntas:
1)
Tidak sembuh atau menjadi lebih berat
penyakitnya bahkan mengakibatkan kematian.
2)
Sukar diobati karena kemungkinan kuman kebal sehinggadiperlukan obat yang lebih ampuh dan
mahal harganya.
3)
Obat untuk kuman yong kebal tidak tersedia di
semua fasilitas kesehatan.
4)
Menularkan kuman yang sudah kebal obat kepada
orang lain.
10. Pencegahan
penyebaran penyakit TBC
1)
Penderita TBC segera diobati sampai sembuh
supaya tidak menjadi sumber penularan.
2)
Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin
dengan sapu tangan atau tisu.
3)
Tidur terpisah dari keluarga terutama pada 2
minggu pertama pengobatan.
4)
Penderita TBC tidak meludah disembarang tempat,
tetapi di wadah yong diberi air sabun atau lisol kemudian dibuang dalam lobang
dan ditimbun dengan tanah.
5)
Menjemur alat tidur secara teratur pada pagi
hari.
6)
Membuka jendela pada pagi hari agar rumah
mendapat udara bersih dan cahaya matahari yang cukup sehingga kuman TBC yang
tertinggal di rumah mati.
2.
Tindakan apa yang harus dilakukan agar tidak
tertular sakit TBC
1)
Jalankan pola dan perilaku hidup sehat dan
bersih, karena setiap saat kuman TBC ada di antara kita.
2)
Khusus untuk anak diupayakan gizi yang cukup
3)
Kesehatan lingkungan perumahan, terutama
ventilasi, cahaya, dan kelembaban yang memenuhi syarat.
4)
Segera periksa ke sarana pelayanan kesehatan
terdekat bila timbul batuk lebih dari 3 minggu.
3.
Upaya yang dilakukan
1)
Meningkatkan daya tahan tubuh, antara lain
dengan makan makanan bergizi
2)
Tidur istirahat yang cukup
3)
Tidak merokok dan tidak minum minuman yang
mengandung alcohol
4)
Membuka jendela dan mengusahakan sinar matahari
masuk ke ruang tidur dan ruangan ruangan lain
5)
Bayi agar diberi imunisasi BCG
4.
Pengobatan pencegahan pada anak
Semua anak yang
tinggal serumah dan kontak langsung dengan penderita TBC berisiko besar untuk
terinfeksi, infeksi pada anak ini dapat berlanjut menjadi penyakit
tuberkulosis. Oleh karena itu pada anak, terutama balita yaong tinggal serumah
atau kontak erat dengan penderita TBC secara dini perlu dilakukan pemeriksaoan
untuk mencegah agar penyakit tidak menular.
2.6 Tinjauan Penyakit Malaria
1. Penyakit Malaria den penyebarannya
Malaria adalah penyakit menular yang
penularannya dilakukan oleh nyamuk anopheles. Sebetuilya malaria merupakan
penyakit yong dapat dicegah jika pengendalian vektor nyamuk dilakukan secara
efektif dan efisien selain itu penyakit ini juga dapat disembuhkan jika
dilakukon diagnosa tepat dan pengobatan yong memadai.
Penularan terjadi saeat nyamuk menggigit
penderita malaria dan kemudian menggigit orang yang sehat dan selanjutnya orang
yang sehat tersebut menjadi sakit. Itulah sebabnya penularan penyakit ini
membutuhkan adanya penderita malaria dan keberadaan nyamuk anopheles itu
sendiri.
Diagram berikut ini memperlihatkan alur yong
biasa dilakukan nyamuk anopheles dalam menyebarkan malaria, yaitu dimulai dari
tempat perindukan nyamuk (tempat bertelur), nyamuk mencari darah dengan
menggigit penderita malaria, nyamuk beristirahat (hinggap di dalam rumah)
kemudion nyamuk menggigit orang sehat don orang ini menjadi sakit.
Alur Penularan Penyakit Malaria
2. Apakah penyebab malaria ?
Malaria biasanya dibawa oleh nyamuk yang
disebut nyamuk Anopheles sebagai vector pembawa dan penyebar penyakit. Sebetulnya
yang disebarkan nyamuk itu adalah penyebab penyakit malaria yang disebut
parasit. Parosit hidup dan berkembang biak dalam tubuh nyamuk don saat nyamuk
menggigit untuk mendapatkon darah manusia/hewan maka parasit yang berada dalam
saluran ludah nyamuk ikut berpindah ke dalam aliran darah manusia/hewan.
3. Mengapa malaria dianggap penyakit berbahaya
Penyakit ini sangat berbahaya karena bisa
membunuh apabila penderita tidak secepatnya mendapatkan pertolongan selayaknya.
Parasit malaria di dalam tubuh manusia memperbanyak diri di dalam hati,
kemudian memasuki pembuluh darah dan merusak sel sel darah merah, sehingga
penderita yang tidak cepat mendapatkan pertolongan dapat membahayakan jiwanya.
Karena penyakit malaria dapat membunuh.
4. Apakah tanda tandanya seseorang menderita
penyakit malaria?
Malaria dapat dikenali dari gejala awainya
seperti demam, menggigil, berkeringat, mual-mual, dan sakit kepala. Apabila hal
ini terjadi, segera mencari pertolongan pengobatan.
5. Apa yang dilakukan terhadap penderita malaria?
Begitu gejala ditemukan, segera pergi ke
klinik/puskesmas terdekat untuk mendapatkan obat anti malaria.
6. Bagaimana mencegah agar orang tidak terjangkit
malaria?
1)
Melakukan
pemberantasan sarang nyamuk (biasanya di genangan air sekitar rumah, selokan,
danau, kanal, saluran irigasi yang tidak terpelihara, sawah, danau).
2)
Membunuh
nyamuk.
3)
Membunuh
jentik nyamuk.
4)
Menghindari
gigitan nyamuk (tidur memakai kelambu, memakai baju lengan panjang dan
celana/gaun panjang bila keluar rumah pada malam hari, mengurangi frekuensi
keluar malam).
5)
Mengurangi/meniadakon
tempat nyamuk beristirchat (merapikon gantungon baju, membersihkan semak semok
sekitor rumah).
6)
Memasukkan
sinar matahari ke dalam rumah sebanyak mungkin untuk mengurangi kelembaban dan
kegelapan dalam rumah di siang hari.
7)
Mencegah
nyamuk masuk ke dalam rumah (memasang kawat/plastik kasa pada semua lubang
angin),dll.
7. Pencegahan penyebaran
Upaya yong dapat dilakukan untuk mencegah
berlangsungnya penyebaran penyakit malaria adalah dengan memasang penghambat
pada alur penyebaran malaria dan penyebabnya. Pencegahan dan penyebaran adalah
kombinasi antara kebersihan lingkungan dengan perilaku.
Berikut ini diberikan tiga perilaku terpenting
yang bisa menurunkan dengan cepat jumlah kasus kejangkitan penyakit malaria:
1)
Pemberantasan
sarang nyamuk, terutama kerja bakti rutin untuk menimbun genangan air di
sekitar rumah, baik di selokan maupun kubangan;
2)
Meniadakan
tempat peristirahatan nyamuk, diusahakan tidak ada baju baju yang digantung dan
juga membersihkan semak semak di sekitar rumah
3)
Menghindari
gigitan nyamuk, baik di dalam rumah dengan memakai kelambu saat tidur maoupun
memakai baju tertutup saat keluar rumah pada malam hari. Sebaiknya frekuensi
keluar rumah di malam hari dikurangi.
8. Bagaimana caranya meningkatkan kesadaran akan
hidup sehat
Kesadaran aken hidup sehat akan muncul jika
orang dapat menjelaskan bagaimana penyakit terbawa masuk ke dalam lingkungan
mereka melalui perilaku hidup mereka sendiri. Panduan ini dibuat berdasarkaon
asas bahwa orang dapat dan harus mengerti bagaimana cara penularan penyakit
malaria, dan pengertioan ini seloanjutnya akan memberi inspirasi kepada mereka
untuk merubah perilaku.
Jika masyarakat sudah mengerti bagaimana
terjadinya proses penularan, masyarakat sendiri akan mengetahui caranya memasang
hambatan pada lintasannya. Baik di dalam rumah tangga sendiri maupun di dalam
masyarakat, mereka akan mulai mempertimbangkan manfaat dan mudarat atas
pemasangan hambatan tersebut. Seberapa besarkah biaya (uang maupun waktu) yang
harus dikeluarkan untuk itu? Akan bermanfaatkah tindakan itu? Apakah tindakan
itu pantas dilaksanakan? Tiga kegiatan dalam panduan ini dirancang untuk
membentuk pemahaman ini, yakni Perilaku yang baik dan kurang baik terhadap
kesehatan yang membantu orang untuk meninjau kebiasaan kebiasaan mereka pada
saat ini, sedangkan Bagaimana terjadinya penyebaran penyakit dan menghambat
penyebaran penyakit membantu mereka untuk memahami bagaimana proses terjadinya
penyebaran dan bagaimana caranya menghambatnya.
Asas lain adalah pengembangan kebijaksanaan
masyarakat untuk membuat mereka bersedia mengevaluasi perilaku kesehatan mereka
pada saat ini serta sarana sarana apa yang mereka pergunakan sehubungan dengan
perilaku tersebut dan kesediaoan ini pada akhirnya diarahkan menuju kemauan untuk
sedikit demi sedikit merubah perilaku yang dianggap kurang baik.
Caranya adalah dengan melakukan perubahan
setapak demi setapak, dan menjaga agar tidak buru buru maju ke langkah
berikutnya. Sebelum yang langkah awal selesai (dan terjamin kesinambungannya).
Kegiatan pemilihan perbaikan sanitasi memberikan gambaran kepada anda bagaimana
proses penentuan lang kah langkah dalam perubahan perilaku hidup bersih don
sehat.
Melalui metode partisipasif dan pemahaman yang
lebih luas tentang kaitan antara kesehatan dan kesejahteraan dan pengembangan
masyarakat, suatu komunitas akan menjadi demikian terpanggilnya untuk
melaksanakan suatu rencana perbaikon terhadap situasi kesehaton lingkungannya.
2.7 PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
1. Penyakit Demam Berdarah Dengue dan cara
penularannya
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan
salah satu masalah kesehatan Masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat
jumlah penderitanya serta semakin meluas penyebarannya sejalan dengan
meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk.
Penyakit ini sering menimbulkan kekhawatiran
mosyarakat karena perjalanan penyakitnya cepat dan dapat menyebabkan kematian
dalam waktu yong singkat serta dapat menimbulkan kejadian luar biasa.
Penyakit DBb ini ditularkan oleh nyamuk Aedes
yakni Aedes aeqypti (penular yang utama) dan Aedes albopictus/nyamuk kebun
(penular sekunder). Umur nyamuk berkisar dari 2 minggu sampai 3 bulan yang
tergantung pada kondisi lingkungan. Kemampuan terbang nyamuk 40-100 meter.
Tempat berkembang biak nyamuk Aedes ini adalah
: tempat penampungan air (TPA) buatan manusia baik di luar maupun di dalam
rumah seperti bak mandi, bak WC, tempayan, drum, tempat minum burung, pot
tanaman, vas bunga, ban bekas, kaleng bekas, plastik bekas dan sebagainya.
Selain itu juga dapat berkembang biak di lingkungan alami seperti: lubang
pohon, pelepah daun yang dapat menampung air hujan dan sebagainya.
Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti telur jentik
kepompong nyamuk. Stadium telur, jentik dan kepompong hidup dalam air.
Pada 2 hari setelah±umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam
waktu telur terendam dalam air. Stadium
jentik berlangsung 6 8 hari, stadium kepompong (pupa) antara 2 4 hari.
Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk dewasa 9 14 hari.
Bila penderita digigit nyamuk penular virus
dalam darah akan ikut terisap masuk ke dalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus
memperbanyak diri dan tersebar di berbagai joaringan tubuh nyamuk termasuk di
dalom kelenjar liurnya. 1 minggu setelah mengisap darah penderita nyamuk siap
untuk menularkan kepada orang lain. Virus akan tetap berada dalam tubuh nyamuk
sepanjang hidupnya, sehingga nyamuk tersebut akan menjadi penular sepanjang
hidupnya. Penularan terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit, sebelum
menghisap darah akan mengeluarkon air liur melalui saluran alat tusuknya, agar
darah yang diisap tidak membeku, bersama air liur inilah virus dengue
dipindahkan dari nyamuk ke orang lain.
Penularan penyakit DBD dapat terjadi di semua
tempat yong terdapat nyamuk penularannya. Lokasi / tempat yang potensial untuk
terjadi penularan DBD adalah : 1) Wilayah yang banyak kasus DBD / daerah rawan
atau endemis; 2) Tempat tempat umum antara lain : Sekolah, Rumah Sakit,
Puskesmas, Hotel, dsb; 3). Permukiman baru.
Sebagaimana diketahui bahwa cara
pencegahan/pemberantasan penyakit ini adalah dengan memberantas nyamuk
penularnya (Aedes aegypti) dan jentik nyamuk Aades aegypti karena vaksin untuk
mencegah dan obat untuk membasmi virusnya belum ada. Oleh karena itu salah satu
kebijakan pelaksanaan pemberantasan DBD adaclah memprioritaskan kepada upaya
mencegah penyebaran/penularan penyakit DBD melalui penyuluhan dan penggerakan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) tanpa mengabaikan tindakan kewaspadaan dini
untuk mencegah Kejadian Luar Biasa DBD.
Pemberantason terhadap nyamuk penular DBD
dengan melakukan fogging/ penyemprotan, yong dilaksanakan guna menghambat
penyebaran penyakit. Fogging dilakukan pada kegiatan Fogging Fokus dan Kejadian
Luar Binsa (KLB). Sedangkan pemberantasan terhadap jentiknya dilakukan dengan
Pemberantasan Sarong Nyamuk (PSN) melalui Gerakan 3 M yakni : 1) Menguras
tempat penampungon air (TPA) seminggu sekali; 2) Menutup TPA dan 3) Mengubur
barang barang bekas yang dapat menampung air misal : kaleng, ban bekas, wadah
plastik dsb.
2. Mengapa Demam Berdarah Dengue dianggap penyakit
berbahaya?
Penyakit DBD dapat menyerang semua umur dan
semua orang, sampai saat ini penyakit DBD lebih banyak menyerang anak anak,
tetapi dalam dekade terakhir terlihat adanya kecenderungan kenaikan penderita
pada orang dewasa. Dapat menimbulkan kematian apabila tidak cepat ditangani
dengan tepat.
3. Apakah penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue?
Penyebab penyakit DBD adalah Virus Dengue. Ada
4 serotype virus dengue yakni DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4. Di Indonesia
serotype DEN 3 merupakan serotype yang paling banyak ditemukan dan sangat
berhubungan dengan kasus berat.
Seseorang yang didalam darahnya mengandung
virus dengue merupakan sumber penularan penyakit demam berdarah dengue. Virus
dengue berada dalam darah selama 4 7 hari mulai 1 2 hari sebelum demam. Masa
inkubasi penyakit DBD diperkirakan ± 7 hari.
4. Apa tanda tanda seseorang menderita penyakit
Demam Berdarah Dengue?
Beberapa tanda seseorang yang terinfeksi virus
dengue :
1)
Mendadak
panas tinggi selama 2 7 hari , tampak lemah & lesu,
2)
Bintik
bintik merah pada kulit, seperti gigitan nyamuk,
3)
Kadang
kadang, perdarahan di hidung,
4)
Kadang
kadang berak/muntah darah,
5)
Kadang
kadang nyeri ulu hati,
6)
Bila
sudah parah, ujung tangan dan kaki dingin berkeringat, masuk ke dalam keadaan
syok
5. Apa yang dilakukan terhadap penderita Demam
Berdarah Danque?
1)
Beri
minum sebanyak banyaknya (air putih, susu, teh dan lain lain)
2)
Berikan
kompres air dingin/panas,
3)
Berikan
obat penurun panas (parasetamol)
4)
Segera
dibawa ke sarana kesehatan, dokter atau petugas kesehatan lainnya.
6. Bagaimana mencegah agar tidak terjangkit Demam
Berdarah Denque?
1)
Menguras
bak-bak mandi minimal 1 minggu sekali
2)
Menutup
rapat tempat penampungon air
3)
Mengganti
air vas bunga/tanaman air 1 minggu sekali
4)
Mengganti
tempat air minum burung
5)
Menimbun
barang bekas yang dapat menampung air
6)
Menaburkan
bubuk abate/altosid pada tempat penampungaon air
7)
Memelihara
ikan di tempat penampungan air
8)
Menghindari
gigitan nyamuk dengan kelambu; repellant pakaian pelindung seperti lengan
panjang;
9)
Membunuh
nyamuk dengan obat nyamuk semprot; obat nyamuk bakar; obat nyamuk elektrik; dan
obat nyamuk koil.
7. Apa yang harus diwaspadai terhadap kemungkinan
penularan?
1)
Bila
musim hujan penyakit DBD sering timbul karena banyak benda diluar rumah yang
menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti
2)
Bila
ditemukan jentik Aedes aegypti ditempat penampungan air
3)
Bila
ada rumah kosong (tidak dihuni) seringkali merupakan tempat bersarangnya nyamuk
Aedes aegypti
4)
Bila
ada warga yang sakit DBD karena dapat menular kepada orang lain
8. Apa yang dilakukan tokoh masyarakat/kader dalam
mencegah demam berdarah dengue?
1)
Memberikan
informasi dan penyuluhan kepada warga tentang penyakit ini
2)
Membentuk
kelompok kegiatan 3 M (menutup, menimbun dan mengubur) di sekitaor tempat
tinggalnya
3)
Mengajak
masyarakat untuk melakukan kerja bakti dilingkungannya secora berkala
4)
Menggerakkan
kelompok dasa wisma untuk melaksanakan kunjungan rumah secara berkala untuk
memeriksa jentik Aedes aegypti
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesehatan adalah hal
mutlak yang harus diperhatikan untuk kemajuan suatu bangsa selain pendidikan
dan ekonomi. Derajat kesehatan masyarakat sangat ditentukan oleh berbagai
faktor yang saling mendukung satu sama lain mulai dari lingkungan, perilaku
masyarakat, pelayanan kesehatan hingga genetika yang ada di masyarakat
Mencegah penyakit
berarti menggunakan pengetahuan kita yang muthakir sebaiknya mungkin untuk
membina (promote) mencegah penyakit dan ketidakmampuan, dan memperpanjang umur
sebagaimana yang di maksud dalam definisi’public Health’menurut winslow 1920.
Tindakan pencegahan
yang dapat dilakukan baik pada fase prepatogenesis yaitu sebelum mulainya
proses penyakit, maupunpase pathogenesis yaitu sesudah memasuki proses
penyakit.
3.2 Saran
1.
Supaya tenaga
kesehatan dapat melakukan tindakan dengan tanggap dan bijaksana dalam
upaya-upaya pencegahan penyakit
2.
Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi penulis dan mahasiswa kebidanan .
3.
Dapat terjaganya
kesehatan ibu dan anak.
Pertanyaan
1.
Urutkan yang
benar 3 tahap pencegahan penyakit yang utama?
a. Pencegahan
primer, sekunder,tersier
b. Pencegahan
tersier, sekunder, primer
c. Pencegahan
sekunder, primer, tersier
d. Pencegahan
primer, tersier, sekunder
Jawab
:
A. Pencegahan,
primer,sekunder , tersier
2.
Dalam
epidemiologi upaya-upaya yang dilakukan untuk pencegahan penyakit?
Jawab
:
a. Upaya
penemuankasus (case finding) baik secara aktif maupun pasif
b. Screening,
baik masal maupun selektif
c. Pemeriksaan
khusus dan berkala terutama tertuju kepada kelompok yang beresiko tinggi
|
|||